RIAUMANDIRI.ID, TEHERAN – Para ahli kesehatan internasional menilai kasus virus corona (Covid-19) di Iran jauh lebih mematikan ketimbang di China. Hal itu terlihat dari tingkat persentase kematian yang lebih tinggi di Iran.
Berdasarkan data penyebaran virus corona dari Johns Hopkins CSSE, jumlah kasus positif di Iran mencapai 593 kasus. Dari jumlah itu, sebanyak 43 orang telah dinyatakan meninggal. Artinya, tingkat kematian akibat virus corona di Iran mencapai 7,25 persen.
Jika dibandingkan dengan China, tingkat kematian hanya 3,59 persen dari total kasus yang ada. Jumlah kasus virus corona di China mencapai 79.826 dengan korban jiwa sebanyak 2.870 orang.
"Jika Anda menghitung tingkat kasus atau kematian dengan cara itu, itu akan menjadi sangat tinggi," ungkap ahli epidemiologi di Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat Cecile Viboud seperti dikutip dari AFP, Minggu (1/3/2020).
Persentase di negara selain China juga lebih rendah ketimbang di Iran. Misalnya, Korea Selatan dengan 3.526 kasus dan korban jiwa 17 orang, sehingga tingkat kematian hanya 0,48 persen.
Kemudian Italia dengan 1.128 kasus dan 29 korban jiwa, tingkat kematian 2,57 persen. Sedangkan Jepang dengan 241 kasus dan lima orang meninggal memiliki tingkat kematian 2,07 persen.
Tak hanya dari sisi tingkat kematian yang tinggi, fenomena wabah virus corona di Iran juga kian memprihatinkan karena para petinggi negara turut terjangkit. Sejumlah pejabat pemerintahan sudah dilaporkan positif terjangkit virus yang berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China itu.
Misalnya, Wakil Presiden Iran Masoumeh Ebtekar dan Kepala Komite Keamanan Nasional Parlemen dan Hubungan Luar Negeri Pejabat Iran Mojtaba Zolnour.
Bahkan, sebelumnya beredar informasi yang menyebutkan bahwa jumlah korban meninggal akibat virus corona di Iran sebenarnya sudah menembus angka 210 orang. Namun belakangan kabar itu dibantah oleh Juru bicara Kementerian Kesehatan Iran Kianush Jahanpur.
Virus corona sendiri semakin mewabah di kawasan Timur Tengah. Selain Iran, beberapa negara lain telah mengumumkan kasus virus corona di wilayahnya masing-masing.
"Ketika suatu negara menularkan kasus ke tempat lain, sangat mungkin bila beban infeksi di negara itu signifikan," ucap Peneliti dan Spesialis Penyakit Menular dari Universitas Toronto Isaac Bogoch.