RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Tak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Diding Boneng terjun ke dunia entertainment. Dulu Diding Boneng hanya orang biasa.
"Saya awal-awal nggak pernah mimpi jadi orang entertain nggak kebayang. Saya main teater ketika saya selesai SMA saya mau ngapain nih, nongkrong ah di gelanggang Jakarta Timur, Otista, ada orang latihan-latihan teater apa. Untuk isi kekosongan saya sebelum kuliah itu, main teater," kenang Diding Boneng yang 3 Maret mendatang akan menginjak usia 70 tahun.
Lewat teater, Diding Boneng menemukan kenyamanan. Sambil mengawang Diding melihat sosoknya zaman dahulu yang dinilai adalah seorang yang nakal.
"Karena saya merasa kalau nggak berteater saya jadi teroris kali. Saya merasa dibudayakan sama teater, saya merasa dimanusiakan. Kecilnya saya, bandel," akunya.
"Tapi, saya kalau udah nerjunin kegiatan apapun saya serius. Saya menekuni itu sampai saya mulai dari (tahun) '76, saya sudah jadi sutradara terbaik se-DKI," imbuh Diding.
Lima tahun terjun ke dunia teater, Diding Boneng mulai mengikuti festival teater yang dibuat Ali Sadikin sejak tahun 1973. Baru pada 1976 dia menang dan dinyatakan sebagai sutradara terbaik se-DKI.
"(Tahun) '76 baru saya menang sekaligus best director. Saingan saya Deddy Mizwar, Toro Margens, cuma lain grup," pria yang sudah membintangi banyak film.
Sampai kapanpun, Diding Boneng mengaku tak akan meninggalkan dunia seni peran. Teater dan seni peran sudah menjadi bagian dalam hidupnya.
"Gini ya, aku seni peran itu memang bagian dari hidup aku. Aku sudah memilih itu. Tapi, memang aku memilih itu melalui teater, jadi teater bagian dari hidup aku. Nah di sana ada seni peran termasuk itu. Jadi kalau ditanya kenapa sih om sampai hari ini masih betah, masih awet? Karena saya melihat bukan sebatas pekerjaan, hobi, ini bagian dari hidup aku," tegas Diding Boneng.
"Ini sebagai pelajaran sangat mahal bagi Sleman dan masyarakat. Jangan sampai mengulangi kejadian seperti di SMPN 1 Turi ini," pesan Sri.