RIAUMANDIRI.ID, PEKANBARU - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau mengungkapkan penyebab kematian anakan leopard di Kebun Binatang Kasang Kulim akibat menderita panleukopenia yang disebabkan parvovirus.
Doter hewan dari BKSDA Riau, Rini Deswita mengatakan hal itu diketahui dari hasil nekropsi atau bedah bangkai bayi leopard itu.
"Setelah bedah bangkai, hasilnya diketahui bahwa leopard menderita penyakit panleukopenia yang disebabkan oleh parvovirus. Virus menyerang bagian pencernaan dan menjalar ke saluran pernapasan," ujar Rini kepada wartawan, Senin (3/2/2020).
Rini menjelaskan, parvovirus ada pada setiap makhluk dan akan berkembang jika daya tubuh lemah.
"Parvovirus bisa menular dari kotoran, air ludah, dan udara. 85 persen satwa sejenis kucing akan mati jika terjangkit parvovirus," jelasnya.
Dia menyebutkan, tim medis BBKSDA telah berupaya melakukan berbagai tindakan medis untuk menyelamatkan anakan leopard tersebut.
"Pada tanggal 28 dan 29 Januari 2020, leopard lincah dan punya nafsu makan. Namun, pada Jumat, 31 Januari 2020 mengalami muntah disertai mengurangnya nafsu makan," ungkapnya.
Ketika anak leopard mengalami muntah dan hilang nafsu makan, tim medis memberi cairan infus untuk menghindari dehidarasi dikarenakan cairan tubuh yang hilang.
Selain itu, tim medis juga memberikan obat-obatan untuk daya tahan tubuh, antibiotik, dan anti muntah. Namun, kondisi leopard kembali menurun pada pukul 17.00 WIB.
"Kondisinya menurun, lemas, berbaring dan kurang lincah. Pada pukul 17.30 WIB, tidak tertolong," terang Rini.
Diketahui, anak leopard (panthera pardus) itu merupakan sitaan Polda Riau yang dititipkan di Kebun Binantang Kasang Kulim di kawasan Kasang Kubang Raya, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar pada Minggu (15/12/2019) lalu.
Selain anakan leopard, polisi juga menyita barang bukti lainnya, yaitu 58 kura-kura jenis Indiana Star, dan 4 ekor anakan singa dari dua orang pelaku berinisial IS dan Yat.
Pelaku dari jaringan internasional penjualan satwa dilindungi itu masuk melalui perairan Rupat, Bengkalis menuju sebuah pelabuhan tikus di belakang Kantor Imigrasi Kota Dumai dengan menggunakan speedboat.
Reporter Rico Mardianto