RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Warga Tanjung Priok memberikan ultimatum kepada Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly agar menyampaikan permintaan maaf secara terbuka lantaran telah mendiskreditkan wilayah utara Jakarta itu sebagai lokasi miskin dan marak tindak kriminal.
Para pendemo ini memberikan waktu kepada Yasonna selama 2x24 jam untuk menarik ucapannya dan meminta maaf.
Hal itu disampaikan setelah mereka gagal bertemu Yasonna lantaran tak sedang berada di kantor Kemenkumham, Kuningan, Jakarta Selatan.
"Hari ini kami tadi tidak berhasil bertemu dengan dia (Yasonna), hanya di wakili dengan Kabid Humas dan jajarannya. Tidak ada dialog dalam pertemuan tadi," kata Koordinator Aksi, Kemal Abu Bakar di Kemenkumham, Jakarta Selatan, Rabu (22/1/2020).
Awalnya, massa yang berjumlah ratusan orang itu melakukan demo di depan Kemenkumham. Sekitar pukul 12.30 WIB, 15 orang perwakilan massa dipersilahkan masuk ke Gedung Kemenkumham.
Namun mereka ternyata tidak diketemukan dengan Yasonna, mereka hanya bertemu dengan bagian Humas Kemenkumham sehingga pertemuan itu hanya berlangsung singkat tanpa dialog.
Menurutnya, jika selama 2x24 jam Yasonna tak mau meminta maaf, warga Tanjung Priok akan kembali berdemo dalam jumlah yang lebih banyak.
"Kami minta dan kami sudah sampaikan 2x24 jam pak menteri (Yasonna) harus minta maaf. Kalau misalnya tidak minta maaf ya kami akan eskalasikan lagi aksi kami yang lebih besar," katanya.
Menurut Kemal, stigmatisasi yang dilakukan Yasonna akan memberikan dampak negatif yang besar terhadap warga Tanjung Priok, contohnya sulit mencari lapangan pekerjaan.
"Hari ini di Priok ada pelabuhan internasional, kami punya kawasan industri, kami punya industri otomotif yang bertaraf internasional. Bahwa memang ada kemiskinan di kami, bahwa memang ada pengangguran di kami, tapi ini kami terus berupaya untuk meningkatkan kompetensi warga agar bisa juga diserap dalam lapangan pekerjaan di sana," ucap Kemal.
Kemarahan ini bermula saat Yasonna berkunjung ke Lapas Narkotika Kelas IIA, Jatinegara, Jakarta pada Kamis (16/1/2020) lalu, Yasonna mengatakan kriminalitas muncul akibat dari kemiskinan.
Untuk menjelaskan itu, dia mencontohkan anak yang lahir dari Tanjung Priok akan lebih kriminil ketimbang anak Menteng.
"Yang membuat itu menjadi besar adalah penyakit sosial yang ada. Itu sebabnya kejahatan lebih banyak terjadi di daerah-daerah miskin. Slum areas (daerah kumuh), bukan di Menteng. Anak-anak Menteng tidak, tapi coba pergi ke Tanjung Priok. Di situ ada kriminal, lahir dari kemiskinan," kata Yasonna di Lapas Narkotika Kelas IIA, Jatinegara, Jakarta pada Kamis (16/1/2020)