RIAUMANDIRI.CO - Dari Anas bin Malik ra, dia berkata: “Nabi naik ke Uhud bersamanya Abu Bakar, Umar dan Utsman ra hum. Tiba-tiba gunung berguncang. Maka Nabi menghentakkan kakinya dan berkata, 'Tenanglah Uhud! Yang ada di atasmu tiada lain kecuali Nabi, Shiddiq dan dua orang syahid.” (HR Bukhori Muslim).
Gempa juga tercatat pernah terjadi di masa kekholifahan Umar ra, sebagaimana yang disampaikan dalam riwayat Ibnu Abid Dun-ya dalam Manaqib Umar ra.
Madinah sebagai pusat pemerintahan kembali berguncang. Umar ra menempelkan tangannya ke tanah dan berkata kepada bumi, “Ada apa denganmu?”
Dan inilah pernyataan sang pemimpin tertinggi negeri muslim itu kepada masyarakat pasca gempa, “Wahai masyarakat, tidaklah gempa ini terjadi kecuali karena ada sesuatu yang kalian lakukan.
Alangkah cepatnya kalian melakukan dosa. Demi yang jiwaku ada di tangan-Nya, jika terjadi gempa susulan, aku tidak akan mau tinggal bersama kalian selamanya!”
Shahabat Ka’ab bin Malik ra mempunyai pendapat yang mirip dengan Umar bin Khattabh ra. Inilah pernyataan lengkapnya tentang gempa, “Tidaklah bumi berguncang kecuali karena ada maksiat-maksiat yang dilakukan di atasnya. Bumi gemetar karena takut Rab-nya azza wajalla melihatnya.”
Ka’ab ra menyebut bahwa guncangan bumi adalah bentuk gemetarannya bumi karena takut kepada Allah yang Maha Melihat kemaksiatan dilakukan di atas bumi-Nya.
Suatu saat Anas bin Malik ra bersama seseorang lainnya mendatangi Aisyah ra ha. Orang yang bersama Anas ra itu bertanya kepada Aisyah ra ha: Wahai Ummul Mukminin jelaskan kepadaku tentang gempa. Aisyah ra ha menjelaskan, “Jika mereka telah menghalalkan zina, meminum khamar dan memainkan musik (Ibnu Qayyim dalam kitabnya al-Jawabul Kafi).
Janganlah kita menyalahkan fenomena alam, sudah saatnya kita instropeksi diri, sudah saatnya mengaca seberapa besar usaha yang telah kita lakukan agar gempa tidak terjadi.