RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA – Politikus Partai Demokrat Jansen Sitindaon mengkritisi pernyataan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengenai pengusiran nelayan Indonesia oleh Cost Guard China sekaligus klaim negara tersebut atas Laut Natuna.
Menurut Jansen, mestinya Prabowo harus lebih tegas menanggapi kasus yang memicu ketegangan diplomatik antara Indonesia China, bukannya memilih jalur diplomasi.
Hal itu disampaikan Jansen melalui cuitan yang dibagikan di jejaring Twitter pribadinya @jansen_jsp.
Jansen menuliskan analogi tentang pencuri yang beraksi di Hambalang dan mengaitannya dengan pernyataan Prabowo.
"Kalau besok ada 50 orang nyolong di Hambalang apa akan bapak bilang sahabat juga? Kalu iya, banyak yang mau nyoba nih Pak," tulis Jansen, seperti dikutip pada Sabtu (4/1/2020).
Jansen menambahkan, kalaupun Prabowo enggan bersikap tegas, mestinya menggunakan narasi lain dengan tidak menyebut China sebagai sahabat RI.
Sikap tersebut justru dinilai Jansen merugikan Prabowo. Sebab menunjukkan hal bertolak belakang dari sosok Prabowo yang garang saat Pilpres 2019, kini justru melunak.
"Walau tidak mau keras, harusnya bapak cari narasi lain sebenarnya. Kalau ginikan kasihan, jadi terlihat "meong". Padahal di Pilpres kemarin garang bak macan," imbuh Jansen.
Untuk diketahui terkait pelanggaran yang dilakukan China, Prabowo telah melakukan koordinasi dengan menteri-menteri koordinator. Prabowo mengklaim persoalan ini bisa diselesaikan secara baik-baik.
"Saya berkoordinasi dengan menteri-menteri koordinator. Kerja sama harus baik. (Soal Natuna) di antara persoalan yang banyak kami bahas," kata Prabowo, Jumat (3/1).
Menurut Prabowo, pemerintah tak perlu memakai kekerasan menghadapi persoalan klaim China atas Natuna. Prabowo justru mengedepankan perundingan yang baik agar tak memecah persahabatan kedua negara.
"Kita selesaikan dengan baik ya, bagaimanapun China negara sahabat," ucap dia.