RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersilang pendapat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait banjir yang melanda Jakarta. Perbedaan antara keduanya bukan kali ini saja terjadi.
Semenjak Anies menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Oktober 2017, ia tercatat beberapa kali bersilang pendapat dengan Jokowi. Mantan Mendikbud itu tak segan-segan untuk menyampaikan gagasannya yang berbeda dengan Jokowi.
Dirangkum pada Jumat (3/1/2020) yang dilansir detikcom, ini beberapa silang pendapat antara Anies dan Jokowi yang muncul ke publik:
1. Soal Kunker-Bahasa Inggris Pemimpin
Dalam pidatonya di forum sidang bersama dengan DPD-DPR, Presiden Jokowi menyinggung soal kebiasaan eksekutif melakukan kunjungan kerja (kunker) atau studi banding ke luar negeri. Jokowi mengingatkan saat ini sudah mudah mengakses informasi dari luar negeri.
"Ukuran kinerja para pembuat peraturan perundang-undangan harus diubah. Bukan diukur dari seberapa banyak UU, PP, permen, ataupun perda yang dibuat. Tetapi sejauh mana kepentingan rakyat, kepentingan negara dan bangsa bisa dilindungi," kata Jokowi saat membacakan pidato di kompleks parlemen, Jumat (16/8/2019).
Jokowi kemudian secara khusus mengingatkan jajaran eksekutif agar lebih efisien dalam bekerja.
"Untuk apa studi banding jauh-jauh sampai ke luar negeri padahal informasi yang kita butuhkan bisa diperoleh dari smartphone kita," kata Jokowi.
"Mau ke Amerika? Di sini komplet, ada semuanya," ujar Jokowi sambil menunjuk handphone yang dikeluarkannya.
Anies pun menjawab pernyataan Jokowi soal kebiasaan eksekutif melakukan studi banding ke luar negeri ini. Anies menyinggung soal kemampuan berbahasa internasional seorang pemimpin yang berkunjung ke luar negeri.
"Jadi kalau mau berangkat pakai bahasa internasional, jadi ke sana bukan menonton, bukan mendengarkan, tapi menceritakan Indonesia," ucap Anies kepada wartawan di gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa (21/8).
Selain itu, Anies menerangkan kunjungannya ke luar negeri bukanlah studi banding. Dia merasa membawa manfaat saat pergi ke luar negeri.
"Begini, jadi beliau tadi menegaskan soal studi banding dan saya selalu bilang studi banding bisa dilakukan lewat online. Pertemuan yang saya hadiri U-20 merupakan bagian dari G-20, jadi baik-baik saja," ucap Anies.
2. Soal Kerja dan Kata-kata
Presiden Jokowi dikenal karena slogan 'kerja'. Bahkan, kabinet jilid pertamanya dinamai Kabinet Kerja. Jokowi kembali mengulang gagasannya soal pentingnya seorang pemimpin dalam bekerja ketika dilantik menjadi Presiden periode 2019-2024. Jokowi ingin kerja seorang pemimpin berorientasi kepada hasil.
"Sekali lagi, mendobrak rutinitas adalah satu hal. Meningkatkan produktivitas adalah hal lain yang menjadi prioritas. Jangan lagi kerja kita berorientasi proses, tapi harus berorientasi pada hasil-hasil yang nyata," kata Jokowi di Gedung DPR, Senayan, Minggu (20/10/2019).
Namun bagi Anies, yang hal penting bagi seorang pemimpin adalah kata-kata. Anies mengatakan, kita tak boleh meremehkan kata-kata.
"Jangan pernah remehkan kata-kata, ini semua disampaikan pakai kata-kata, kalau kata-kata nggak penting, tutup online itu, media tutup, TV tutup, karena di situ ada pesan dengan naratif, jadi teman-teman ini harus diwujudkan ujungnya pada aksi, jangan sampai action tanpa narasi, you go nowhere," kata Anies saat bicara di depan para milenial di acara Milenial Fest 2019 di Balai Sarbini, Jakarta Selatan, Sabtu (14/12/2019)
Anies kemudian mencontohkan aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, yang terpilih menjadi Person of the Year untuk 2019 versi majalah terkemuka Time.
"Apa ya yang sebenernya menarik dari inspirasi, kata-kata. Karena sering kali, akhir-akhir ini, kata-kata dianggap nggak penting yang penting kerja. Rileks dulu rileks. Kenapa ini menjadi sesuatu? Tahukah Anda siapa yang jadi person of the year tahun 2019 di majalah Time. Bikin apa dia? Bikin movement pake apa? Kata-kata. Namanya siapa? Greta dari Swedia. Umurnya 16 tahun," tutur Anies.
3. Soal Penyebab Banjir di Jakarta
Silang pendapat antara Anies dan Jokowi ini berlanjut pada tahun 2020. Ketika banjir melanda Jakarta, Jokowi menyebut salah satu faktor penyebab banjir di Jabodetabek karena warga yang membuang sampah sembarangan.
"Pemerintah pusat, pemprov, pemkab, pemkot, semuanya bekerja sama dalam menangani ini karena ada yang disebabkan oleh kerusakan ekosistem, kerusakan ekologi yang ada tapi juga ada yang memang karena kesalahan kita yang membuang sampah di mana-mana, banyak hal," ujar Jokowi kepada wartawan di kantor Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (2/1/2020).
Jokowi ingin pemerintah dari tingkat pusat sampai ke daerah bersinergi menangani masalah banjir. Dia menegaskan keselamatan warga adalah yang utama.
"Tetapi saya ingin agar kerja sama itu dibangun pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sehingga semuanya bisa tertangani dengan baik. Tapi yang paling penting pada saat kejadian seperti yang sekarang ini evakuasi korban banjir. Keselamatan keamanan masyarakat harus didahulukan," tutur Jokowi.
Namun, Anies sendiri punya pendapat berbeda soal penyebab banjir di Jakarta pada awal tahun 2020 ini. Saat ditanya wartawan soal pernyataan Jokowi yang menyebut salah satu faktor penyebab banjir adalah sampah, Anies membandingkan lokasi titik banjir dengan titik curah hujan tinggi berdasarkan data BMKG.
"Mungkin kita harus cek lagi (apakah banjir di Jakarta karena sampah), seperti apa kondisi per wilayah yang di situ ada banjir," ucap Anies saat ditemui di lokasi banjir Kampung Pulo, Jakarta Timur, Kamis (2/1).
"Karena, kalau kita lihat, titik-titik banjir dengan titik-titik ramalan (hujan) BMKG mungkin simetris. Di tempat-tempat yang BMKG menunjukkan volume air hujan yang tinggi, di situ ada banjir yang ekstrem. Paling, setahu saya tidak banyak sampah," imbuh dia.
Anies lalu menyinggung banjir di Bandara Halim Perdanakusuma. Banjir yang sempat Bandara Halim diketahui menyebabkan penerbangan dialihkan.
"Tapi kemarin bandaranya tidak bisa berfungsi. Apakah ada sampah di bandara? Rasanya tidak. Tapi Bandara Halim kemarin tidak bisa digunakan," sebut Anies.