RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Selepas pensiun, pendiri Alibaba Jack Ma kini fokus di bidang pendidikan. Menurutnya, dunia saat ini berubah dengan sangat cepat namun tidak demikian halnya dengan pendidikan.
Dikutip dari Quartz, Jack Ma mengemukakan formula pendidikan unik ala dirinya yang fokus bukan pada kurikulum dan akuntabilitas, melainkan pada kapasitas siswa dalam mencintai.
"Jika ingin sukses, kalian harus punya EQ tinggi, cara untuk bergaul dengan orang lain. Jika tidak ingin cepat kalah, kalian harus punya IQ yang bagus. Namun jika ingin dihargai, kalian harus punya LQ alias Love Quotient. Otak akan digantikan mesin, tapi mesin tidak akan bisa menggantikan hati kalian," kata Jack Ma saat berbicara di konferensi OECD.
Dikatakan Jack Ma, jika sistem pendidikan hanya fokus pada standardisasi, semuanya dapat dengan mudah digantikan oleh mesin. Banyak pendidik memperdebatkan pendekatan ini, dengan alasan pengetahuan tidak boleh diabaikan dan bahwa sekolah harus fokus pada kedisiplinan dan ekspektasi akademik yang tinggi.
Jack Ma kemudian menyampaikan gagasan untuk memperbaiki kondisi ini. Dia menyarankan agar para orang tua dan pendidik menginvestasikan waktu lebih banyak saat anak usia dini. Ini adalah masa di mana anak-anak membangun keterampilan dan nilai-nilai.
Menurutnya, taman kanak-kanak dan sekolah dasar memiliki pengaruh luar biasa untuk membentuk anak-anak. Dia juga menganjurkan untuk memberi dukungan lebih kuat pada para guru.
"Jika kita menghormati guru, kita menghargai pengetahuan, dan kita menghormati masa depan. Tingkatkan gaji mereka dan bantu kepala sekolah dengan pelatihan kepemimpinan. 60% Guru meninggalkan profesi mereka karena tidak menyukai kepala sekolahnya," ujarnya.
Dia juga mengatakan bahwa dunia pendidikan perlu mengubah indikator performa yang biasanya dilakukan lewat ujian. Pria yang pernah berprofesi sebagai pengajar ini sering bertanya kepada para siswa mengapa mereka belajar sangat keras saat akan ujian. Kemudian para siswa itu akan menjawab, bahwa mereka belajar keras untuk bisa masuk universitas dan mendapatkan pekerjaan.
"Universitas tidak menjamin sebuah pekerjaan untuk kalian. Alibaba mempekerjakan lulusan MIT dan Harvard bukan karena nama besar kampusnya, tetapi karena orang-orang yang diterima kerja itu siap untuk belajar seumur hidupnya. Gelar sarjana tak lebih dari sekadar kuitansi untuk pembayaran uang sekolah," tegasnya.
Lebih lanjut, Jack Ma menyarankan agar anak-anak juga dilatih bisa menghadapi kegagalan dengan lebih baik dan bisa menolong dirinya sendiri untuk bangkit saat terjatuh.
"Kalian harus belajar ditolak. Saya sendiri pernah ditolak Harvard sampai 10 kali," kata Jack Ma mengenang masa mudanya.
Menutup percakapannya, Jack Ma menyarankan agar pendidikan harus menjadi lebih global dan lebih fokus pada kerja tim. China, menurutnya sangat buruk dalam hal ini. Setidaknya ini terlihat dalam keberhasilan China di olahraga individu, bukan olahraga tim. Cara untuk mencapai ini adalah dengan memperbanyak pelajaran seni dan olahraga tim.**