RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Dalam Refleksi Pergantian Tahun, Presiden ke-6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bicara soal kondisi ekonomi RI saat ini. Ketua Umum Partai Demokrat tersebut mengatakan pertumbuhan ekonomi di level 5% bukan hal yang buruk karena situasi global yang juga kurang apik.
Ada sejumlah isu yang menjadi sorotannya, salah satunya adalah soal daya beli lesu. "Berkaitan dengan daya beli dan perlindungan sosial untuk masyarakat. Kesulitan ekonomi, termasuk lemahnya daya beli masyarakat, memang nyata. Terutama pada masyarakat berpenghasilan rendah dan kaum tidak mampu," kata SBY di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (11/12/2019).
Bagi masyarakat kelas menengah dan atas, lanjut dia, barangkali tidak merasakan adanya pelemahan daya beli. Namun ia kembali menegaskan bahwa hal tersebut merupakan kondisi yang nyata terjadi. Ada sejumlah pertanda yang menunjukkan pelemahan daya beli.
Penurunan daya beli ini, lanjut dia ditandai oleh perlambatan penjualan retail, penurunan penjualan mobil dan motor serta perlambatan konsumsi makanan. Juga ditandai oleh tekanan terhadap upah riil petani dan pekerja konstruksi.
Namun, menurutnya, kondisi itu bukan lah jalan buntu. Artinya, pemerintah masih bisa menempuh sejumlah cara agar bisa keluar dari pelemahan daya beli tersebut.
"Kita tahu, ada 2 cara untuk meningkatkan penghasilan dan daya beli rakyat. Pertama melalui mekanisme ekonomi, yaitu dengan meningkatkan pertumbuhan dan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan. Yang kedua, bagi mereka yang benar-benar mengalami kesulitan dalam kehidupan rumah tangganya, pemerintah perlu memberikan bantuan. Inilah yang disebut dengan perlindungan sosial (social safety net)," tandas dia.