Batam (HR)-Deputi Bidang Pengusahaan Sarana Usaha BP Batam, Istono mengatakan, perkembangan Batam sebagai kawasan industri tidak lepas dari dukungan Lee Kuan Yew saat menjabat Perdana Menteri Singapura, ditandai penandatanganan kerja sama Sijori pada 1987.
"Saat masih menjabat Perdana Menteri Singapura, Lee mendorong perusahaan Singapura atau perusahaan lain yang ada di negeri tersebut berinvestasi di Batam," kata Istono di Batam, baru-baru ini.
Ia mengatakan, Lee Kuan Yew sangat mendukung gagasan pemerintah Indonesia dalam pengembangan Batam yang dipimpin Pak Habibie (BJ Habibie/Presiden RI ketiga) sebagai kawasan industri pendukung pertumbuhan ekonomi secara nasional.
Dukungan itu diwujudkan dengan pemerintah Singapura mendorong perusahaan di Singapura untuk juga berinvestasi di Batam, yaitu di Kawasan Industri Batamindo.
"Semenjak ada Batamindo, pertumbuhan Batam sangat pesat, karena mampu menarik industri-industri masuk ke Batam. Sebelumnya boleh dibilang sulit mendatangkan investor ke Batam," kata Istono.
Istono merupakan salah satu pegawai BP Batam yang saat penandatanganan kerja sama antara Singapura-Johor (Malaysia)-Riau (Indonesia/Batam) atau dikenal dengan Kerjasama Sijori turut terlibat dalam momentum penting tersebut.
Dia menyebutkan, Batam sebagai bagian dari Riau karena saat penandatanganan tersebut belum terbentuk Provinsi Kepri yang di dalamnya termasuk Kota Batam.
"Penandatanganannya di Batam. Kerjasama tersebut juga ditandai dengan penanaman pohon beringin di Bundaran Otorita Batam oleh Presiden RI Soeharto, PM Singapura Lee Kwan Yew, dan PM Malaysia Mahathir Mohamad," katanya.
Setelah penandatanganan tersebut, kata dia, dibangun Kawasan Industri Batamindo yang beroperasi sejak 1991. Investasi asing yang masuk pada kawasan tersebut didominasi sektor elektronik.
"Singapura juga memiliki kepentingan mengingat lahan disana terbatas. Sehingga membutuhkan daerah lain untuk pendukung pertumbuhannya. Batamindo adalah salah satu realisasi dari dukungan Singapura," kata Istono yang sudah berada di OB (sekarang BP Batam) sejak 1984.
Di luar itu, lanjutnya, juga banyak dukungan dari Singapura saat Lee Kuan Yew menjabat PM Singapura.
"Kawasan Batamindo berkembang pesat sehingga memicu pertumbuhan yang sangat pesat. Sehingga bermunculan industri-industri baru di Batam hingga menjadi seperti saat ini," ujarnya.
Kegiatan Batamindo, memiliki efek yang sangat besar pada berbagai sektor, termasuk perdagangan dan pendukung industri lain.
Meski kini sudah terjadi pergeseran industri dari elektronik ke galangan kapal, namun itu hal yang lumrah.
"Yang jelas hingga saat ini investasi dari Singapura masih yang terbesar di Batam. Boleh dibilang semua bermula atas komitmen Lee Kuan Yew," kata Istono. (ant/ivi)