“Dalam seminggu ini pemadaman listrik masih sama kondisinya, tidak ada perubahan. Dengan 16 jam hidup dan 8 jam mati,”ujar Evrizon (27), warga parit l5 Tembilahan, Rabu (25/3).
Dikatakan akibat pemadaman bergilir tersebut, ia menjadi sering bergadang malam, guna mengantisipasi terjadinya hal tak diinginkan, seperti kebakaran, pencurian dan tindak kejahatan lainnya.
“Kalau lampu mati jam 4 sore, hidupnya sekitar jam 00.00 WIB malam, dan kalau matinya jam 12 tengah malam, maka lampu akan hidup sekitar jam 8 pagi,” sebutnya.
Ia berharap, agar pemadaman bergilir tak berlangsung lebih lama, harus ada upaya konkrit PLN Rayon Tembilahan dan pemerintah daerah, menangani krisis listrik.“Sudah berbulan-bulan lamanya pemadaman bergilir, belum juga membaik,” keluhnya.
Keluhan juga dilontar Andre, warga Tanjung Harapan, yang kecewa dan merasa tak ada keseriusan pihak penyedia tunggal pasokan listrik yakni PLN, dan perhatian yang tanggap dari pemerintah daerah, guna melakukan upaya menormalkan kebutuhan listrik bagi masyarakat, terutama banyak merugi adalah kalangan usaha.
“Listrik tidak saja berdampak pada masyarakat umum, pemerintahan, dan pengusaha saja. Karena pemadaman ini juga mengakibatkan terhambatnya PDAM dalam mensuplai air ke masyarakat,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, dari informasi yang beredar di masyarakat, banyak menyebutkan listrik akan kembali normal atau mulai membaik saat memasuki bulan April, sedangkan sepengetahuannya mesin sewa PLN banyak rusak. "Bulan April tidak lama lagi, pemadaman bergilir belum ada juga perubahan, apa mungkin," ucapnya. (mg3)