RIAUMANDIRI.ID, PEKANBARU - Dengan baju hitam dan payung hitam, setiap hari Kamis sejumlah pemuda menggelar aksi damai di depan Tugu Juang, Jalan Diponegoro, Pekanbaru, Riau. Aksi itu dikenal dengan Aksi Kamisan.
Mereka menuntut Presiden Joko Widodo menepati janji menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu. Aksi ini awalnya dilakukan di Jakarta oleh Sumarsih, ibunda dari Benardinus Realino Norma Irawan atau Wawan, mahasiswa yang jadi korban dalam Tragedi Semanggi I.
Aksi serupa lantas menular ke beberapa kota di Indonesia, antara lain Bandung, Jogjakarta, dan juga Pekanbaru. Aksi Kamisan di Pekanbaru awalnya digagas oleh Cici, mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Islam Riau, tuntutannya sama: menagih janji pemerintah mengusut pelaku pelanggaran HAM.
Wira, salah satu peserta aksi, menuntut pemerintah serius menyelidiki kasus-kasus pelanggaran HAM dan mengadili pelakunya.
Dia juga mengutarakan kekecewaannya terhadap pemerintahan Jokowi karena telah mengangkat Prabowo Subianto sebagai menteri di pemerintahannya. Prabowo adalah salah satu orang yang harus bertanggung jawab atas penculikan para aktivis pro-demokrasi pada tahun 1998.
"Kalau dia [Jokowi] benar-benar serius menangani pelangaran HAM, maka dia tidak akan memilih seseorang yang terduga pelaku pelanggar HAM," ujar Wira saat Aksi Kamisan, Kamis (7/11/2019).
Tak hanya mendesak penuntasan kasus HAM, Aksi Kamisan yang telah berlangsung selama 11 kali ini juga menyoroti isu lokal di Provinsi Riau yakni masalah kebakaran hutan dan lahan.
Peserta aksi lainnya, Retno meminta adanya transparansi nama-nama perusahaan pembakar lahan di Riau. Dia menuturkan, selama ini penanganan hukum atas kasus karhutla tidak tuntas sampai ke akarnya. Dalam perjalanan kasus ini, penegak hukum lebih banyak menagkapi masyarakat biasa yang dibayar untuk membakar lahan, sedangkan kebakaran lahan kerap terjadi di wilayah konsesi perusahaan.
"Yang ditangkap aparat selama ini hanya masyarakat kecil, kami berharap kasus ini diusut. Petinggi-petinggi perusahaan yang lahannya terbakar harus ditangkap," kata dia.
Wira dan teman-teman yang tergabung dalam Aksi Kamisan masih punya asa kasus-kasus HAM masa lalu dapat diselesaikan dengan mengadili pelakunya.
Dia berharap masyarakat akan terus merawat ingatan kolektif tentang kekejaman militer yang menculik dan membunuh para aktivis yang memperjuangkan demokrasi untuk negeri ini.
Dia juga mengajak siapa saja yang peduli demokrasi untuk mengikuti aksi ini setiap Kamis, mulai pukul 16.00 hingga selesai. (mg1)