RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Himpunan Pelajar Patani di Indonesia (HIPPI) memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-8 dengan mengadakan seminar nasional 2019 bertemakan “Pendidikan Masa Kini, Meraih Kesuksesan di Era Globalisasi”.
Seminar ini diselenggarakan di aula Teater Prof Muhammad Yunus, Lantai 3, Gedung FTIK, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Sabtu (12/10/2019).
Ketua Panitia Pelaksana Seminar, Nurman Senichana, menyampaikan salam hormat kepada para narasumber, moderator, mahasiswa internasional, dan mahasiswa Indonesia yang ikut hadir bersama dalam seminar nasional ini.
Seminar ini menampilkan tiga narasumber, yakni, Dr Anan Nisoh, MPd (Pendidikan Islam di Selatan Thailand), Dr Ahmad Suryadi, MAg (Pendidikan dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asien), dan Dr Dadi Darmadi, MA (Sikap Mahasiswa Asing di Indonesia), dan moderator Neneng Nurjanah, MHum.
Waesulaiman Saha, sebagai ketua umum HIPPI periode 2019-2020 mengungkapkan, telah genap delapan tahun HIPPI berdiri tegak semenjak tahu 2011 hingga sekarang, dan tidak merasa lelah mengembangkan amanat dalam mendidik anak bangsa Melayu Patani di Thailand Selatan.
“HIPPI mempunyai ciri kebersamaan untuk mencapai tujuan yang sama. Ini merupakan sifat persaudaraan di atas nama himpunan, karena himpunan selalu mngajak kita semua untuk mengembangkan ide-ide dan cita-cita,” imbuh Waesulaiman Saha.
HIPPI merupakan organisasi kemahasiswaan dan berorientasi kemasyarakatan bagi umat bangsa Melayu Patani. HIPPI merupakan wadah perkumpulan pelajar yang datang dari Patani (Thailand Selatan), yaitu dari Provinsi Patani, Yala, Narathiwat dan sebahagian dari Songkhla.
HIPPI berusaha untuk menciptakan kader-kader mahasiswa Patani yang mampu untuk mengatasi dan menyelesaikan problema-problema yang dihadapi oleh masyarakat Patani secara umum.
Patani merupakan provinsi yang terletak di bagian Thailand Selatan dari negara Thailand, mayoritas penduduknya atau 95% beragama Islam dan berbangsa Melayu.
Patani semenjak tahun 1150 M, yang terkenal dengan Negara Patani Darussalam, dan di masa itu banyak ulama-ulama dan para cendikiawan Islam yang dapat mengembangkan agama Islam.
Setelah selesai diskusi, panitia menjemput beberapa penampilan seni budaya melayu Patani, yaitu sni badikir barat, pusi, dan anasid.