RIAUMANDIRI.CO, JAYAPURA - Mahasiswa asal pegunungan Bintang yang pulang ke kampung halaman mereka merasa dipersulit. Itu lantaran aparat kepolisian berlebihan dalam memeriksa dan mendata mereka saat tiba di bandara Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang pada tanggal 27 – 28 September 2019.
Dewan Perwakilan Organisasi Ikatan Mahasiswa Pegunungan Bintang (IMPPETANG) Isayas Taplo, mempertanyakan tindakan aparat yang mendata mahasiswa saat pulang. Karena menurutnya mahasiswa pulang kampung dikarenakan situasi di Papua belum sepenuhnya kondusif.
Menurutnya, hal itu justru menambah trauma psikologis mahasiswa. “Dari luar kami diusir dengan rasisme, kami mau pulang kampung diinterogasi dan didata,” kata dia, Selasa (1/9/2019) di Jayapura.
Dia mempertanyakan tindakan Kapolres Pegunungan Bintang yang menyuruh anak buahnya untuk mendata mahasiswa eksodus. Dia bahkan menyebut mahasiswa yang didata itu ditahan selama satu malam dua hari.
Menurutnya, seharusnya yang mendata mahasiswa adalah dinas terkait. Bukan pihak aparat. “Kepentingan apa aparat data mahasiswa yang hendak pulang kampung?” tanya dia
Pihaknya juga meminta Pemda setempat untuk segera membantu memulangkan mahasiswa papua yang masih berada di luar.
Sekjen IMPPETANG Thomas Wiliam Alwolka meminta kepada aparat untuk tidak memanaskan situasi. Menurutnya, mahasiswa memilih pulang ke kampung halaman, karena merasa tidak ada lagi masa depan jika bersama dengan Indonesia.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Polres Pegunungan Bintang belum sempat dikonfirmasi lebih jauh mengenai hal ini.