RIAUMANDIRI.CO, KAMPAR - Pembuatan sumur resapan di areal Candi Muara Takus yang dilakukan Balai Pelastarian Cagar Budaya (BPCB) menuai kontroversi dari sejumlah pihak.
BPCB sendiri merupakan unit pelaksanaan teknis Kementrian Pendidikan dan Kementrian Kebudayaan yang bertanggung jawab kepada Direktur Jendral Kebudayaan.
Warga tempatan menyebut bahwa pembangunan sumur resapan dinilai janggal karena kawasan Candi Muara Takus tidak pernah banjir. Masyarakat khawatir penggalian tanah yang tidak jauh dari bangunan candi hanya untuk menggali artefak-artefak.
"Untuk apa membangun sumur resapan, sejak saya kecil sampai sekarang kompleks Candi Muara Takus tidak pernah sekalipun tergenang air, apalagi sampai banjir. Jangan-jangan ini hanya merupakan topeng, tujuan penggalian di sekeliling kompleks candi bertujuan untuk mencari dan mengambil artefak yang masih terkubur di kompleks Candi," ungkapnya, Rabu (25/9/2019).
Penolakan bukan hanya berasal dari masyarakat sekitar Candi Muara Takus, tetapi juga berasal dari sejarawan yang juga Pucuk Suku Melayu Bendang, Datuk Abdul Latif.
Ia menyebut bahwa terdapat 51 sumur resapan yang akan dibangun, memiliki kedalaman 3 meter dengan diameter 1 meter yang diperkirakan mampu menampung debit air 3 kubik air satu lubang. Dia menyebut BPCB juga membangun 1500 lubang biopori di sekeliling candi.
"Apakah Arkeolog itu bermaksud menyelamatkan candi atau menyelamatkan tempat parkir. Jika pembangunan ini tetap dilakukan maka saya rasa Candi Muara Takus Akan tenggelam atau roboh 4 hingga 5 tahun mendatang," bebernya, Rabu (25/9).
Reporter: Ari Amrizal