RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA – Aksi unjuk rasa di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua berjalan anarkis. Akibatnya penerbangan di Bandara Wamena disetop sementara. Bahkan para demonstran melakukan pembakaran terhadap fasilitas umum.
Menurut Koordinator Jaringan Damai Papua yang juga Peneliti LIPI, Adriana Elisabeth, dirinya menilai kericuhan di Wamena pada hari ini akibat persoalan sebelumnya yang belum dituntaskan.
"(Akibat) Persoalan yang terjadi sebelumnya belum diselesaikan dari masalah rasisme, persekusi bahkan kriminalisasi mahasiswa," ujar Adriana, Senin (23/9/2019).
Oleh karena itu, ia berharap agar pemerintah dapat menyelesaikan akar masalah di Papua dengan tuntas. Apalagi akar masalah tersebut sudah pernah dianalisa.
"Akar masalah jelas sudah dianalisa dalam buku Papua road map. Itu saja dipahami dan diselesaikan, maka bisa mengurangi Papua dimanfaatkan oleh siapa pun untuk macam-macam kepentingan," ungkapnya.
Akibat seringnya kericuhan yang terjadi di Bumi Cendrawasih tentu akan menjadi perhatian dunia luar, khususnya media asing. Seperti pada kericuhan sebelumnya yang membuat media luar negeri turut memberitakan kondisi Papua. Padahal mereka hanya menerima tulisan bahkan gambar-gambar terkait Papua.
"Mereka (media asing) hanya dengan menerima teks tentang satu peristiwa, akan mudah membuat berita apalagi ditambah gambar-gambar lama maupun terbaru," tutur Andriana.
Sebelumnya, demonstrasi di Wamena dilakukan untuk menentang tindakan rasialis terhadap mahasiswa Papua di daerah lain pernah dilakukan pada 29 Agustus 2019 di Kota Jayapura. Aksi itu diwarnai perusakan dan pembakaran banyak fasilitas umum dan memicu pemerintah meliburkan seluruh sekolah