RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Sumatera, Amral Fery mengatakan, untuk mengetahui Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU), masyarakat sebaiknya tak berpedoman dengan data BMKG, karena BMKG mendekteksi seberapa jauh jarak pandang, bukan mendeteksi ISPU.
"Data ISPU yang akurat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Hingga sekarang LHK masih terus memantau karhutla," kata Amral Fery saat rapat evaluasi penanganan darurat bencana Karhutla di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Selasa (10/9/2019)
Dia menjelaskan, ISPU harus dipantau 24 jam untuk memastikan udara baik atau tidak dan bagaimana dampaknya bagi kesehatan. Menurut dia, data-data tersebut harus langsung diinformasikan kepada publik agar dapat mengantisipasi dampak pencemaran udara yang ditimbulkan.
"Biasanya asap akibat karhutla sangat tebal di waktu pagi, ini karena pada pagi hari udara masih lembab dan akan berkurang ketebalannya di siang hari," jelas dia.
Amral memaparkan, data ISPU pada hari ini, Selasa (10/9/209) pagi pukul 07.00 WIB menunjukkan kondisi pencemaran udara amat buruk di Provinsi Riau.
Adapun rinciannya, ISPU di Siak dan Minas konsentrasi 376, disimpulan sangat tidak sehat. Kemudian Kampar dan Petapahan konsentrasi 223 dengan kesimpulannya tidak sehat. Selanjutnya Rokan Hilir konsentrasi 107, kesimpulan ISPU sedang dan tidak sehat.
Sedangkan di Dumai konsentrasi 635 kesimpulan ISPU berbahaya, dan Bengkalis konsentrasi 462 dengan kesimpulan ISPU sangat tidak sehat dan kategori bahaya.
"Dengan kondisi kabut asap yang dangat pekat ini, masyarakat jangan terlalu banyak melakukan kegiatan di luar ruangan karena efeknya pada kesehatan sangat tidak baik," kata dia.
Reporter: Rico Mardianto