RIAUMANDIRI.CO, Pekanbaru -- Tidak pernah ada hentinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah Riau. Semakin hari semakin bertambah Karhutla di Riau, bahkan pada pagi ini hotspot mencapai 289 titik dengan level confidance di atas 70 persen mencapai 182 titik.
Data Badan Meteoroligi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, dari 81 titik tersebut wilayah Kabupaten Indragiri Hilir terbanyak terjadi kebakaran yakni sebanyak 117 titik. Disusul Pelalawan 38 titik, Indragiri Hulu 17 titik, Bengkalis 2 titik, dan Dumai 1 titik.
Akibat Karhutla tersebut, nyaris seluruh wilayah Provinsi Riau diselimuti asap tebal. Dan pada hari ini kualitas udara di hampir seluruh wilayah Riau tidak sehat.
Dari data sebaran PSI milik PT Chevron, tercatat untuk wilayah Rumbai Pekanbaru mencapai PSI 376 dan menandakan sudah tidak sehat. Kota Dumai 479 PSI, Libo PSI 209, Minas PSI 313.
Sementara itu, dari data BMKG Pekanbaru kualitas udara di Pekanbaru PM10 sudah menuju ‘sangat tidak baik’, 238,84. Untuk angka PM10 sangat tidak sehat di angka 250.
Analis BMKG, Bibin, saat dihubungi membenarkan, kualitas udara di Pekanabru tidak sehat, mencapai 238 dan menuju tidak sehat. Dari pagi hingga pukul 08.00 WIB masih tidak sehat.
“Ya tidak sehat, pagi ini militan udara tidak sehat. Sebaran asap itu dari Riau dan sebagian Jambi, tapi yang banyak pagi ini dari Inhil dan Pelalawan,” jelasnya.
Untuk jarak pandang wilayah Pekanbaru juga semakin parah. Di mana jarak pandang 1,5 kilometer. Namun jarak pandang 1,5 Km ini belum mengganggu penerbangan.
“Jarak pandang di Bandara SSK II 1,5 km, di Dumai 2 km, Rengat 2 km. Jarak pandang ini belum mengganggu penerbangan,” jelasnya.
Sementara, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edwar Sanger, mengatakan, asap tebal yang menyelimuti wilayah Riau, tidak hanya akibat Karhutla di wilayah Riau. Namun juga dari kiriman Provinsi tetangga Jambi dan Sumatra Selatan.
“Asap ini tidak hanya akibat Karhutla di Riau, tapi juga dari Jambi dan Palembang. Arah angin yang menuju Riau, menyebabkan asap semakin tebal. Karhutla di Jambi dan Palembang juga banyak,” ujar Edwar Sanger.**
Reporter: Nurmadi