RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Manager Sosial Performance PT Chevron Pasifik Indonesia (CPI), Pinto Budi Bowo Laksono memaparkan program penyelamatan Mangrove yang dilakukan di daerah yang memunyai kedekatan lokasi operasi Chevron yakni Provinsi Riau, pada wilayah pesisirnya.
Ia menjelaskan, tata kelolanya berbasis provinsi dan di Riau dilakukan di Dumai dan Bengkalis.
"Di Dumai, kita membuat program Environmental/Mangrove Education Program atau sekolah alam pada kurikulum lokal dan budaya. Selain itu juga kita lakukan pengembangan infrastruktur pusat pendidikan Mangrove di Pangkalan Sesai (Bandar Bakau) di Kelurahan Pangkalan Sesai," kata Pinto, Kamis (5/9/2019).
Selanjutnya, ia juga mengatakan ada pengembangan infrastruktur Kawasan Wisata Mangrove di Kelurahan Laksamana. Serta juga pengembangan ekonomi dan wirausaha di Kelurahan Pangkalan Sesaivdan Laksamana tersebut.
"Sedangkan di Bengkalis akan direncanakan pengembangan pendidikan dan Kawasan Wisata Mangrove di Teluk Pambang bersama bisnis unit badan usaha desa," cakapnya lagi.
Hal tersebut lanjutnya dilakukan bekerjasama dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara atau The Nature Conservancy. Chevron melihat lembaga tersebut baik dalam hal melakukan restorasi Hutan Mangrove.
Sementara itu, Direktur Program Mangrove Ecosystem Restoration Alliance Yayasan Konservasi Alam Nusantara, M. Imran Amin menyampaikan bahwa selama ini banyak pihak baik itu dari pemerintah, swasta, dan masyarakat melakukan program penenaman Mangrove. Akan tetapi itu tidak dilakukan dengan mekanisme yang benar.
"Karena banyak yang monokultur saja, jadi Mangrove saja ditanam semua. Padahal harusnya merestorasi, bukan merevitalisasi," ulasnya.
"Bengkalis itu tingkat abrasinya paling tinggi di Indonesia, sampai tiga kilometer. Pihak yang responnya cepat untuk kerjasama penyelamatan itu Chevron salah satunya," pungkasnya.**