RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Partai Golkar yang dipimpin Airlangga Hartanto dinilai saat ini dikelola seperti perusahaan, bukan layaknya organisasi modern dan tidak menghalalkan perbedaan pendapat, yang mesti bergulir secara sehat di panggung agar bisa menghasilkan sintesa baru.
Kalau keadaannya seperti sekarang ini, di mana mengelola partai seperti perusahaan, maka aspek leadershipnya diragukan.
“Kalau partai wajahnya seperti ini, tidak mungkin tidak berkorelasi dengan tipologi atau karakter leadershipnya,” ujar Viktus Murin, Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar dalam diskusi terbuka ‘Menggugat Pengelolaan Partai Golkar Sebagai Partai Modern’ di kawasan Jakarta Selatan, Jumat (30/8/2019) petang.
Dia menilai bahwa kepemimpinan partai Golkar di bawah Airlangga Hartarto, tidak bisa kritis, apalagi mengkritik.
“Sebagai aktivis saya bisa menilai bahwa kepemimpinan Golkar pada hari ini di bawah Pak Airlangga Hartarto tidak terbiasa dalam dinamika pemikiran yang kritis,” tegasnya.
Menurut Viktus, Golkar saat ini seperti sebuah kekuasaan yang dipandang sebagai sumber otoritas tertinggi dan tidak boleh diganggu. “Sebagai partai modern, seharusnya terbuka dalam dialektika kepemimpinan, sehingga partai ini bisa menjalankan demokrasi,” kata dia.
Hal senada disampaikan Mirwan Bz Vauly, inisiator Generasi Muda Partai Golkar. Dia berharap agar Golkar dikelola secara modern karena memiliki jejaring dari pusat hingga desa yang sudah memiliki akar kuat, bukan seperti yang dilakukan oleh Airlangga Hartanto yang menutup perbedaan pendapat.
“Jadi organisasi ini jangan disalagunakan, harus dikelola dengan cara-cara modern. Kita desak adanya pleno, tapi mereka diam-diam melakukan pertemuan menentukan kursi pimpinan DPR, MPR dan di daerah di suatu tempat. Tidak bisa begitu, Golkar ini organisasi,” kata Mirwan.
Sementara, pengamat politik Lingkar Madani Ray Rangkuti di tempat yang sama mengatakan, Golkar itu partai yang usianya panjang. Yang memungkinkan partai ini 'hancur' justru dari internal sendiri.
"Yang memungkinkan elektabilitas Golkar turun drastis juga karena masalah internal," kata Ray.
Untuk itu, Ray menyarankan agar partai tetap hidup atau tidak turun elektabilitasnya, maka perlu tokoh yang luar biasa.**
Reporter: Surya Irawan