RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) memuji strategi Cina dalam menghadapi perang dagang dengan Amerika Serikat (AS). Dalam hal ini, Cina membalas serangan tarif AS dengan membiarkan mata uangnya, yuan, melemah di pasar.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan rencana pengenaan tarif tambahan sebesar 10 persen terhadap impor barang asal China senilai $300 miliar mulai 1 September mendatang. China pun menjawab rencana Trump itu melalui kebijakan bank sentral China People's Bank of China (PBoC) yang kembali menyeret tingkat referensi harian yuan.
"China juga pintar dia melemahkan yuan-nya, sehingga walaupun dia kena biaya masuk 10 persen ke Amerika karena dia lemahkan yuan 10 persen harganya kembali sama di AS, terkecuali Trump menaikkan lagi 30 persen. Jadi akal dikembalikan dengan akal," katanya, Rabu (7/8/2019).
Yuan China terkapar di tengah memanasnya kembali perang dagang AS-China. Pada pukul 15.00 WIB, yuan China melemah 0,27 persen ke posisi 7,0387 per dolar AS. Tak hanya terhadap dolar AS, yuan China juga melemah di hadapan rupiah. Rupiah menguat terhadap yuan China sebesar 0,91 persen ke posisi 2.018 per yuan China.
Terjadinya depresiasi terhadap nilai yuan membuat ekspor China menjadi lebih murah, sehingga mampu menutupi sebagian dari beban tarif yang diberlakukan oleh AS.
Tak hanya itu, JK juga meminta agar Indonesia bisa berkaca dari sikap China. Masyarakat, lanjutnya, tidak perlu terlewat khawatir ketika rupiah jatuh. Sebaliknya, ia berharap masyarakat bisa mengambil peluang dari kondisi tersebut.
"Kita malah sebaliknya kalau rupiah lemah kita semua, aduh. Lalu, Bank Indonesia turun tangan. China (malah) melemahkan agar ekspornya naik," tuturnya.
JK mendorong masyarakat menangkap peluang di tengah pelemahan kurs yuan China dengan cara mengerek ekspor. Terlebih, pelemahan yuan China terhadap dolar AS biasanya diikuti oleh keoknya mata uang negara berkembang lain, termasuk Indonesia. Artinya, harga produk ekspor Indonesia menjadi relatif lebih murah bagi pemegang dolar AS.
Menurut JK, jika dua negara tengah berperang, Indonesia diharapkan bisa mengambil peluang dengan menjual 'pelurunya'.
"Sekarang, bagaimana kita punya peluang menjual sesuatu (atau) barang-barang yang selama ini mahal di China," tandasnya.