Ini Sistem untuk Prediksi Terjadinya Gempa

Ahad, 04 Agustus 2019 - 10:09 WIB
Ilustrasi

RIAUMANDIRI.CO - Sebuah sistem prakiraan gempa berdasarkan prekursor (tanda-tanda awal) gempa tengah dikembangkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Sistem ini digunakan untuk memprediksi waktu terjadinya gempa.

"Kita juga sebenarnya ada yang namanya studi untuk prekursor gempa bumi ya," ujar Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, di Kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (3/8/2019).

Rahmat mengatakan sistem itu belum memiliki tingkat akurasi yang baik sejauh ini. Hasil kajian ini belum bisa disampaikan kepada publik. Lewat riset ini diharapkan, kaum cerdik pandai Indonesia bisa berhasil memprediksi gempa berdasarkan metode ilmiah sehingga korban jiwa dan kerusakan bangunan akibat gempa bisa diminimalisir. Namun riset ini belum selesai.

"Terlalu dini untuk diekspos sebagai sebuah hasil yang akurat. Tentu selalu berinovasi ini kekurangannya apa, kenapa tidak akurat dan terus (dikaji). Ini masih berupa kajian belum ada implementasi," ucapnya. 

Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhamad Sadly mengatakan sistem prakiraan ini dikembangkan dengan menggunakan magnet bumi (geomagnet). Magnet itu akan merekam tanda-tanda alam yang terjadi dan akan disampaikan ke sistem prakiraan tersebut.

"Begini maksudnya itu, kita kan melakukan prakiraan, prakiraan itu dari 3-30 hari, anomali itu maksudnya adanya terjadi sinyal. Biasanya kan kalau stabil (bila tak terjadi gempa) itu berarti sinyalnya normal, kalau anomali itu sinyalnya tidak normal, tiba-tiba sinyalnya naik. Kita punya sensor magnet bumi, (kalau ada tanda-tanda alam) tiba-tiba sensor itu terekam pada tanggal berapa ada anomali, maka di situ diperkirakan akan terjadi misalnya gempa," ujarnya. 

Sederhananya, sinyal magnet bumi bakal berubah bila lempeng bumi mengalami pergerakan. Bila sinyal magnet bumi terdeteksi mengalami perubahan, maka gempa bakal terjadi. Perubahan yang lain dari hari-hari biasanya itulah yang dimaksud sebagai anomali yang menjadi prekursor (tanda-tanda awal) gempa.

"Jadi anomali itu tanda-tanda yang di-record oleh sensor geomagnet yang kita pasang di beberapa daerah, yang menunjukan akan ada perubahan sinyal, yang itu bisa diprakirakan sebagai tanda-tanda. Anomali melalui sensor magnet bumi dalam rangka untuk mengetahui fenomena yang terjadi di permukaan bumi dan di dalam bumi," lanjut Sadly. 

Dia mengatakan sistem prakiraan itu belum akurat. BMKG masih melakukan proses penelitian. 

"Nah itu membuat kita jadi perhatian di situ, fokus dari teman-teman operasional bahwa kira-kira anomali itu tanggal segitu itu diprakirakan ada sesuatu anomali misalnya akan ada gempa dengan magnitudo berapa, tanggal berapa, lokasi di mana. Tapi itu belum terlalu akurat, masih penelitian terus," jelas Sadly.

Editor: Moralis

Tags

Terkini

Terpopuler