WASHINGTON (HR) – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu beserta partainya berhasil memenangkan pemilihan umum parlemen. Namun, sampai saat ini ia belum mendapat ucapan selamat dari Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Setelah memenangkan Pemilu Parlemen Israel, Netanyahu berusaha membangun koalisi antara Partai Likud dan Partai Sayap Kanan. Hal itu dilakukan untuk membentuk pemerintahan yang kuat. Sebagaimana diketahui, Netanyahu menegaskan tidak akan mengakui kemerdekaan Palestina jika kembali memenangkan Pemilu Israel. Namun, pihak Gedung Putih memintanya mengubah kebijakan tersebut.
Pada hari pemilihan, Rabu 18 Maret, Netanyahu menggunakan video berdurasi 28 detik untuk memerintahkan warga keturunan Arab-Israel segera "berbondong-bondong" ke tempat pemungutan suara. Video tersebut seolah memperlihatkan Netanyahu berusaha mengesampingkan warga keturunan Arab-Israel.
"AS sangat prihatin retorika yang berusaha untuk menyingirkan warga Arab-Israel," kata Josh Earnest, sekretaris pers Obama, seperti diberitakan The Guardian, Kamis (19/3). "Ini merusak nilai dan cita-cita demokrasi yang sangat penting untuk kita. Ini merupakan bagian penting dari apa yang akan mengikat antara AS dan Israel bersama-sama,” lanjutnya.
Menurutnya, retorika yang bertujuan meminggirkan satu kalangan tertentu sangat memprihatinkan. Tujuannya adalah memecah belah.
“Saya dapat memberi tahu Anda bahwa Pemerintah AS bermaksud berkomunikasi secara langsung dengan Israel (mengenai hal ini),” lanjutnya.(ant/ivi