RIAUMANDIRI.CO - Sejarah puasa disebut hampir sama tuanya dengan sejarah peradaban manusia. Nabi Adam AS melakukan puasa pada 13, 14, dan 15 atau dinamakan shaum abyadh (puasa mutih).
Puasa ini dilakukannya sebagai upaya permohonan tobat dan ampunan kepada Allah SWT. Perbuatan memakan buah khuldi sungguh sangat disesali Adam. Dia pun harus angkat kaki dari surga dan menempati dunia.
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pasti kami termasuk orang-orang merugi." (QS al-Araf: 23).
Nabi Nuh AS bahkan puasa sepanjang tahun. Nabi-nabi lain juga memiliki tradisi puasa yang amat kuat, termasuk Nabi Daud AS.
Dalam Perjanjian Lama disebutkan bahwa Nabi Daud berpuasa selama tujuh hari pada waktu putranya sakit keras. Untuk memohon kesembuhan dari Allah bagi putranya itu, dia berpuasa sambil menutup diri dalam kamarnya dan terus-menerus menangis karena sedih.
Pada hari ketujuh dari puasanya itu, putranya meninggal dunia. Setelah mengetahui itu, dia tidak meneruskan puasanya lagi. Dia lantas mengganti pola puasanya menjadi sehari puasa kemudian sehari tidak.
Dalam buku Dahsyatnya Puasa Nabi Daud dijelaskan, puasa Daud adalah puasa sunah yang dinilai paling istimewa ketimbang puasa lainnya. Puasa Nabi Daud merupakan puasa seimbang karena pelaksanaannya tidak mengabaikan hak dan kewajiban yang lain.
Untuk melakukan puasa Daud, kita harus berniat terlebih dahulu. Status niat dalam rukun ibadah apapun adalah persyaratan untuk absahnya ibadah. Tidaklah sah sebuah ibadah kecuali dengan niat. "Sesungguhnya setiap amal itu ada niatnya." (HR Bukhari dan Mus lim).
Letak niat ada di dalam hati dan tidak harus diucapkan. Namun, memang beberapa ulama nusantara tidak mengucapkan hal ini. Berbeda dengan puasa wajib yang harus berniat pada malam hari bahkan ketika sebelum terbit fajar, puasa Daud tak mensyarakat demikian.
"Pada suatu hari, Nabi SAW menemui ku dan bertanya, "Apakah kamu mempunyai makanan? Kami menjawab tidak ada. Beliau berkata, Kalau begitu, saya akan berpuasa. Kemudian dia datang lagi padahari yang lain dan kami berkata,"Wahai Rasulullah, kita telah memberikan hadian berupa hiais (Makanan yang terbuat dari kurma, samin dan keju."
Berpuasa memiliki banyak faedah, apa lagi jika puasa itu dilakukan dengan konsisten. Pertama, orang yang melakukan puasa kerap terjaga dari maksiat. Hatinya akan mengaitkan dia terus menerus kepada Allah SWT.
Ruhiahnya senantiasa berhubungan dengan Sang Pencipta. Kecil kemungkinan dia melakukan maksiat dalam kondisi demikian. Rasulullah SAW bersabda, "Puasa adalah benteng yang membentengi seseorang dari api neraka." (HR Ah mad dan Baihaqi).
Berpuasa pun bisa membuatnya berada di puncak spiritual. Dia akan cenderung bersikap dan berakhlak baik. Ia tidak ingin me ngotori diri dengan perkataan-perkataan buruk. Akhlak ini muncul saat manusia berada dalam kondisi berpuasa.
Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumud din berkata, "Tujuan puasa adalah agar kita berakhlak dengan akhlak Allah SWT dan meneladani perilaku malaikat dalam hal menahan diri dari hawa nafsu. Sesungguhnya malaikat bersih dari hawa nafsu."
Berpuasa bisa meningkatkan ketakwaan seseorang. Takwa adalah melaksana kan perintah Allah SWT dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Dalam kondisi berpua sa, orang selalu mendekatkan dirinya ke pada Allah, sehingga dapat mencapai dera jat Muttaqin lebih mudah.
Sayyid Quthb dalam Fi Zhilalil Qur'an menjelaskan makna QS al-Baqarah ayat 13. Tujuan utama puasa adalah takwa yaitu takwa yang terbangun di dalam hati, se hing ga membuatnya mampu melaksana kan kewajiban-kewajiban karena taat kepada Allah dan memilih keridhaan-Nya. Takwa yang menjaga hati dari rusaknya puasa karena maksiat.
Lewat puasa Daud, seseorang juga akan men dapat pendidikan sabar. Puasa Daud akan membuat kita lebih bersih dalam emo si dan spiritual. Puasa sunah ini juga bisa disebut sebagai zakat jiwa. Dalam sa lah sa tu hadis, Nabi SAW bersabda, "Segala sesuatu itu ada zakatnya, sedangkan zakat ji wa itu adalah berpuasa. Dan puasa itu separuh dari kesabaran." (HR Ibnu Majah).
Orang yang istiqamah dalam menjalan kan Puasa Daud pun mampu istiqamah dalam melaksanakan ajaran agamanya. Dia sudah terbukti lulus dalam latihan berpuasa. Meski berat, dia menjalaninya dengan keikhlasan. Dari istiqamah ini, ia akan istiqamah termasuk dalam menja lankan ibadahnya dengan konsisten. Mulai ibadah ringan hingga berat. Orang yang istiqamah ini tidak akan merasakan keresahan dan kegelisahan di dalam hidupnya.
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: 'Tuhan kami adalah Allah.' Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: 'Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan janah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.'" (QS Fushshilat: 30-32).