RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Praktisi Media, Arief Gunawan merasa prihatin dengan narasi-narasi yang dibangun elite kekuasaan yang bisa membenturkan dan memecah belah bangsa ini.
"Saya prihatin, ternyata elite kekuasaan saat ini banyak sekali membentur narasi-narasi, pengetahuan sejarah yang semestinya harus dipahami secara benar," kata Arief dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis (9/5/2019).
Dia mencontohkan pernyataan elite tentang keturunan Arab jangan bertindak yang tidak diinginkan. Kemudian ada pula elite yang menyebut istilah garis keras dengan identifikasikan kemenangan paslon presiden dan wapres 02 di daerah tertentu.
Menurut Arief, narasi sejarah dibenturkan, dipelintir sedemikian rupa, sehingga generasi muda menerima penyesatan-penyesatan yang bisa membahayakan sekali dalam membangun sebuah bangsa dan negara yang besar kedepannya.
"Kalau sejarahnya sudah dipelintir sedemikian rupa oleh elit kekuasaan maka itu sudah tinggal tunggu waktunya saja. Akan dijebol oleh kekuatan-kekuatan eksternal. Itu saya kira," ujar Arief Gunawan.
Kemudian dia juga menyebut soal adanya elite kekuasaan yang akan men-shutdown media-media yang mendukung paslon capres dan cawapres 02 atau memberitakan tentang kecurangan.
"Saya kira kita kembali ke masa era otoritarian. Kalau di era Orde Baru, media yang mau dibredel itu ada tahapannya, misalnya pemimpin redaksinya dipanggil oleh departemen penerangan, diajak ngobrol yang intinya diintimidasi. Kemudian cara lainnya adalah biasanya Kasospol main ke kantor media. Biasanya kalau sore itu pada kumpul dan ini terjadi masih zaman koran," jelasnya.
Itu umumnya dulu seperti itu tetapi mungkin 3 kasus surat kabar yang dibredel ' 95 itu Tempo, Editor dan Detik, seingat saya tidak melalui proses itu, mungkin karena mereka majalah waktu itu.
Menurut Arief, banyak hal-hal yang membuat prihatin sebetulnya, dari aspek media, dari aspek historis kita sebagai bangsa, dibenturkan. Kemudian dari aspek keretakan sosial juga karena masyarakat di bawah semakin hari semakin terbelah.
"Tetapi syukur alhamdulillah, umat muslim masih menjalankan ibadah puasanya dengan khusyuk, masih fokus beribadah dan itu menurut saya pemandangan yang buat saya menyejukkan," ujarnya.
Reporter: Syafril Amir