RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Debat Pilpres putaran terakhir akan berlangsung tanggal 13 April 2019 dengan tema ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan, investasi, serta industri.
Senator atau anggota DPD RI Fahira Idris menilai tema debat pilpres pamungkas itu merupakan jantung persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Kerena itu, dia berharap pemilih jeli dan rasional mencermati pasangan calon (paslon) presiden/calon wakil presiden mana yang mempunyai gagasan besar dan rasional untuk menyelesaikan berbagai persoalan ini.
Kedua pasangan calon diharapkan mampu menyugukan perdebatan yang berkualitas, sehingga pemilih tidak hanya memahami konteks persoalan terkait tema tetapi juga mendapat solusi yang rasional dari kedua paslon untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan kesejahteraan bangsa ini.
“Tema yang diangkat pada debat final ini dapat dikatakan jantung persoalan yang menghimpit bangsa saat ini. Paslon yang mampu mengurai persoalan ini dengan baik dan sistematis serta mampu menawarkan gagasan besar dan solusi bernas, maka 17 April nanti akan mendapat mandat dari rakyat,” ujar Fahira Idris, di Jakarta, Kamis (11/4/2019).
Menurut Fahira, persoalan utama yang terjadi empat tahun belakangan ini adalah ekonomi yang tidak bertumbuh karena hanya mentok di angka 5 persen sekian. Kondisi ini berimbas kepada kesejahteraan sosial yang juga tidak kunjung membaik karena angka 5 persen tidak mungkin mampu menggairahkan aktivitas ekonomi rakyat sehingga kesejahteraan terganggu dan salah dampak terbesarnya adalah kesulitan lapangan pekerjaan.
“Sejak 2014 pertumbuhan ekonomi kita kan terus mentok di angka 5 persen sekian. Kalau cuma berkutat di 5 persen kita tidak akan pernah beranjak menjadi negara maju. Angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan disertai kemampuan melakukan pemerataan, otomatis meningkatkan kesejahteraan rakyat. Makanya pada debat nanti, kita harus cermat melihat paslon mana yang punya strategi besar mendongkrak pertumbuhan ekonomi dalam tempo sesingkat-singkatnya,” tukas Senator Jakarta ini.
Ekonomi yang tidak berkunjung tumbuh, lanjut Fahira, juga berdampak kepada kinerja keuangan, investasi, serta industri yang kondisinya juga tidak mengembirakan.
“Seretnya aliran investasi menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi kita. Industri terutama manafuktur melemah akibatnya ekspor kita terus turun. Kondisi-kondisi seperti ini harus menjadi highlight perdebatan sehingga rakyat mendapat solusi yang konkret,” pungkas Fahira.
Reporter: Syafril Amir