RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA – Infrastruktur merupakan motor penggerak (driven factor) perekonomian nasional, aktivitas ekonomi akan berjalan dengan baik jika kondisi infrastrukturnya baik.
Pembangunan Infrastruktur menjadi sebuah isu yang cukup hangat pada pemerintahan Presiden Joko Widodo. Tapi apakah infrastruktur tersebut merupakan tabungan, atau malah menjadi beban bagi generasi selanjutnya?
Salah satu inisiator Aliansi Pengusaha Nasional (APNAS), Erwin Aksa mengatakan bahwa Ia dan teman-teman pengusaha lainnya cukup gemas dengan pembangunan infrastruktur yang terkesan ugal-ugalan. Selain karena menambah hutang negara yang jumlahnya semakin membengkak, dampaknya pun dinilai tidak signifikan terhadap laju ekonomi Indonesia.
"Sekarang realitanya adalah laju perekonomian di Indonesia sangat lambat dan tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Di sini lah kita para pengusaha melihat ada yang salah," ujar Erwin Aksa saat ditemui di acara Economic Focus Group Discussion APNAS (28/3/2019).
Erwin Aksa yang juga merupakan Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Konstruksi dan Infrastruktur ini juga menambahkan bahwa rasa prihatin yang dirasakan para pengusaha nasional inilah latar belakang APNAS mengadakan Economics FGD yang bertajuk "Politik Pembangunan Infrastruktur"
"Tujuan kami mengadakan acara FGD ini adalah untuk berdiskusi dengan para ekonom, pengusaha, dan peserta yang hadir mengenai signifikansi infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah. Data sudah berbicara, infrastruktur dibangun secara ugal-ugalan." lanjutnya.
Pada acara yang bertempat pada sebuah restoran di kawasan SCBD tersebut, APNAS menghadirkan tokoh ekonom senior seperti Faisal Basri dan Rizal Ramli sebagai narasumber, selain itu juga hadir Kosmian Pudjiadi selaku perwakilan dari dunia usaha yang juga merupakan Wakil Ketua Umum KADIN.
"Ada kutipan yang saya sangat setuju dari Bang Rizal Ramli. Bang Rizal bilang pemerintahan sekarang itu tiga O: overprice, oversupply, overborrow. Selain itu juga pemerintahan sekarang kurang berpihak terhadap pengusaha nasional, sehingga laju ekonomi Indonesia lesu," tutupnya.