RIAUMANDIRI.CO, MEDAN – Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Prof. Darmayanti Lubis mengatakan, tanpa kehadiran perempuan sebagai penentu kebijakan, banyak permasalahan perempuan dan anak yang tidak teratasi.
“Untuk itu, keterwakilan perempuan di parlemen sangat penting guna mengatasi segala permasalahan perempuan,” katanya dalam diskusi Peran Politik Perempuan dalam Pemberitaan Media, di Medan (27/3/2019).
Selain itu, Darmayanti juga menyampaikan, masih banyak permasalahan perempuan dan anak yang tidak selesai, khususnya di Sumatera Utara. Di antaranya kematian ibu dan anak, angka stunting yang tinggi, persoalan tingkat pendidikan. “Jadi masih banyak sekali permasalahan kita sebenarnya,” kata Senator asal Sumatera Utara.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sumatera Utara, Musa Rajekshah mengharapkan peran media untuk meningkatkan keterwakilan perempuan di parlemen. Menurutnya, keterwakilan perempuan di parlemen masih sangat rendah, terutama di Sumatera Utara. Padahal Undang-undang sudah mengamanatkan keterwakilan perempuan harus mencapai kuota 30 persen.
“Ini perlu mendapat perhatian khusus melalui media sehingga dapat menumbuhkan kesadaran perempuan dan peluang sesuai dengan potensi yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan keterwakilan perempuan di lembaga legislatif,” kata Wagub.
Dikatakan Wagub, di Sumatera Utara terdata dari 100 anggota DPRD, terdapat 15 anggota perempuan. Sedangkan dari keseluruhan 33 kabupaten/kota, bahkan masih ada yang sama sekali daerah yang tidak memiliki anggota DPRD perempuan. “Hanya Labuhanbatu yang memenuhi kuota 30 persen,” ujarnya.
Terkait hal ini, Wagub Sumut meminta dukungan kaum laki-laki. Menurutnya kesetaraan gender tidak didapatkan hanya dari upaya perempuan saja. “Ini juga merupakan komitmen pemerintah yang memposisikan laki-laki agar lebih peduli pada kesetaraan gender sehingga nantinya laki-laki dan perempuan bersama-sama menjadi subjek pembangunan,” tuturnya.
Mengenai peran media menyuarakan kesetaraan gender dan isu perempuan, pengamat media J. Anto mengatakan apresiasi isu perempuan di media- media Indonesia, khususnya Sumut masih sangatlah rendah. J Anto mencontohkan mengapa banyak rubrik perempuan hanya ada pada hari tertentu saja.
“Misalnya rubrik perempuan di koran rata-rata ada di hari Minggu, hari Minggu diasumsikan sebagai hari keluarga hari orang bersantai, itu juga satu konstruksi yang sebenarnya memperkuat konstruksi patriarki,” kata J Anto.
Dalam kegiatan diskusi kerjasama DPD RI dan Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Sumut tersebut turut dilaunching buku Darmayanti Lubis: Perempuan Tangguh, Pembela Kaum Perempuan dan Anak yang ditulis oleh Helmi Hidayat.
Reporter: Syafril Amir