RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA – Pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia Ari Junaedi mengatakan, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) diprediksi tidak lolos electoral threshold, selain karena partai baru, PSI juga banyak melakukan blunder. Berdasarkan survei Litbang Kompas, elektabilitas PSI hanya 0,9 persen.
"PSI kurang santun dalam berpolitik serta tidak bisa melepaskan diri dari gaya anak muda yang temperamental," ujar Ari, Kamis (21/3/2019).
Ari mengaku termasuk yang menaruh harapan besar terhadap partai milenial itu pada saat-saat awal berdiri. Namun, menurutnya, di tengah-tengah perjalanannya, partai yang dipimpin Grace Natalie tersebut kerap mengeluarkan blunder yang tidak perlu.
menyebut penolakan Perda Syariah dan poligami sebagai isu sensitif yang terlalu dini dimainkan oleh PSI sebagai partai baru sehingga mengundang reaksi negatif kepada partai itu.
"Pernyataan perda syariah dan poligami yang masuk dalam ranah filosofis keagamaan sebaiknya tidak disentuh PSI di awal kampanye. Dengan cara seperti itu, PSI mengobarkan perang dengan kaum mayoritas," katanya.
Selain itu, PSI juga kerap mengeluarkan pernyataan yang menyinggung partai lain bahkan partai sesama anggota koalisi pendukung Jokowi. Misal, pernyataan PSI yang menyinggung kiprah partai-partai lama soal pendampingan terhadap gender, yang nyatanya sudah digarap oleh partai-partai yang jauh lebih senior.
Semestinya menurut Ari, PSI lincah bermanuver di pusaran isu-isu nasional tanpa membuat permusuhan dengan partai-partai lain. PSI, kata dia, harusnya percaya diri bermain di isu-isu milenial mengingat captive market-nya di kalangan milenial atau pemilih pemula.
"Ini kan tidak, PSI membuka front pertempuran dengan partai-partai senior, tidak peduli yang ada di dalam koalisi atau tidak serta tidak menggarap intens pasar potensialnya," kata Ari.
Hasil survei terbaru Litbang Kompas tidak hanya menunjukkan PSI tidak lolos ambang batas parlemen (PT) 4 persen, tetapi juga mendapat resistensi atau penolakan tertinggi dari masyarakat. PSI memiliki elektabiltas 0,9 persen, resistensi masyarakat terhadap partai baru pimpinan Grace Natalie ini 5,6 persen.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PSI, Sumardi sebelumnya menyatakan apresiasinya atas semua bentuk survei. PSI akan menjadikan hasil survei untuk melakukan pembenahan.
“Secara umum, kami menghargai semua survei secara positif termasuk dari LSI. Namanya survei adalah metode ilmiah, sehinga kami terima hasil tersebut dan kami jadikan bahan masukan partai,” kata Sumardi, Rabu (20/2) di Jakarta.
Ia menambahkan, selama masih ada margin of error di dalam suatu survei PSI tidak bisa memperdebatkan permasalah hasil survei tersebut. “Margin of error dari survei LSI kan sebesar 2,8 persen jadi kalau ditambahkan dengan hasil survei PSI 0,4 persen totalnya 3,2 persen, masih plus minus artinya tidak bisa diperdebatkan,” ujarnya.
Berdasarkan beberapa survei yang lain, lanjutnya, elektabilitas PSI sudah capai angka dua persen. Survei internal yang dilakukan oleh PSI sendiri pun menunjukkan angka 2,6 persen.