DURI (HR)-Meski saat ini, sawit sedang mengalami masa trek lima tahunan yang terbilang parah, ratusan petani kecil di Kecamatan Mandau dan juga Kecamatan Pinggir masih menjadikan sawit sebagai tumpuan utama untuk menggerakkan roda perekonomian keluarga.
"Berkebun sawit masih merupakan mata pencaharian utama ratusan KK warga di desa kami hingga saat ini," ujar Suripto dalam perbincangannya, Jumat (13/3).
Menurut pemilik delapan hektare kebun sawit ini, dia bersama ratusan KK warga setempat berkebun sawit sejak tahun 1996 lewat.
"Hingga kini, warga di sekitar Jalan Sakobotik Desa Boncah Mahang Kecamatan Mandau masih 100 persen menggantungkan perekonomian mereka kepada sawit," tambahnya.
Meski saat ini buah sawit sedang mengalami pasa trek panjang, menurut Suripto, masyarakat setempat belum memiliki alternatif untuk mengganti mata pencaharian pokok mereka dengan tanaman atau pekerjaan lain.
"Terus terang, selama ini sawit sangat membantu masyarakat di daerah ini. Kalau pun trek, petani tetap masih berharap banyak pada sawit," ujarnya.
Diakui Suripto, trek buah sawit tahun ini terbilang parah. Meski begitu, warga petani tetap gigih mengusahakan kebunnya.
Apalagi sebagian diantara mereka harus memenuhi kewajiban membayar cicilan bank setiap bulan.
Kalau pun ada yang berusaha lain, sawit tetap menjadi komoditas utama.
"Ini trek lima tahunan yang parah. Meski sawit sudah dipupuk dan dirawat dengan baik, produksi per hektare hanya mencapai 200 kilogram per bulan.
Kalau hanya trek tahunan, biasanya saya masih dapat memanen 800 kilo TBS per bulan. Ini masa trek lima tahunan yang terbilang parah," ulangnya lagi.
Di segi harga jual, Suripto mengaku masih sedikit lega. Pasalnya, kisaran harga jual sawit saat ini berada pada angka Rp1.460 per kilogram.
"Mudah-mudahan masa trek panjang dan parah ini segera berakhir sehingga warga petani bisa kembali bernafas lega seperti masa yang sudah-sudah," harapnya.(sus)