RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Dua penyair Riau Dheni Kurnia dan Fakhrunnas MA Jabbar memenangkan buku puisi terbaik di Indonesia pada malam puncak Anugerah Hari Puisi Indonesia 2018 di TIM Jakarta, Sabtu malam (29/12/2018).
Dheni Kurnia melalui buku puisi 'Bunatin' meraih Pemenang Utama Buku Terbaik dengan hadiah uang tunai Rp50 juta.
Sedangkan Fakhrunnas MA Jabbar melalui buku 'Airmata Batu' bersama empat penyair lain meraih Pemenang Lima Besar dengan uang tunai masing-masing Rp10 juta. Empat penyair tersebut adalah Sosiawan Leak (Solo), Warih Wisatsana (Bali), Damiri Mahmud (Medan), dan Iman Budhi Santosa (Yogyakarta).
Dheni Kurnia adalah penyair kelahiran Air Molek, Indragiri Hulu, tahun 1961. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah; SD Airmolek (1973), MTsN Gadut, Bukittinggi (1976), Pesantren Sumatera Thawalib Parabek, Sumbar (1980) dan SMA Islam Mutiara, Duri Bengkalis, (1983). Kemudian, dia melanjutkan kuliah di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Riau (UR) selesai tahun 1989. Tahun 1994-1995, anak sulung dari dua belas bersaudara dari pasangan Amiruddin dan Dayang Darmaya ini, belajar jurnalistik di LES Mounclear College, Los Angeles, California, USA.
Sedangkan Fakhrunnas MA Jabbar dilahirkan di Airtiris, Kampar, pada 18 Januari 1959. Fakhrunnas telah menerbitkan 15 buku puisi dan cerpen serta sering menjadi pemakalh dan bsca puisi bsik di dalam maupun luar negeri. Di antaranya Prancis, Belanda, Swiss, Korsel, Filipina, Malaysia, Singapura, Vietnam, Brunei Darussalam, Thailand dll. Saat ini sedang menyelesaikan program Ph.D Social Science in Communication di Universiti Selangor (Unisel).
Para pemenang berhasil menyisihkan buku-buku puisi yang awalnya berjumlah sekitar 250 buku yang kemudian mengerucut menjadi 20 besar. Penilaian terhadap semua buku yang diikutsertakan dalam lomba terdiri Sutardji Calzoum Bachri, Prof Abdul Hadi, WM dan Maman S. Mahayana.
Ketua Dewan Juri Anugerah HPI 2018, Prof Abdul Hadi WM mengungkapkan keunggulan karya para pemenang tahun ini terkait kejelian para penyair dalam ekspresi dan pengolahan kata yang mengangkat nilai tradisi serta menjadikan karya-karya puisi tersebut tetap hidup dalam petistiwa keseharian.
Sementara Pembina Yayasan HPI, Datuk Seri Rida K. Liamsi mengungkapkan rasa bahagianya karena Anugerah HPI ini sudah memasuki tahun keenam yang terus diminati ratusan penyair dari seluruh Indonesia.
''Alhamdulillah, perayaan HPI sudah sporadis berlangsung di Indonesia. Hampir semua daerah menggelar perayaan tersebut secara sukarela sesuai kapasitas dan kemampuan masing-masing. Kita berharap suatu saat nanti, HPI diakui sebagai Hari Besar Nasional,'' ucap Rida K. Liamsi.
Dewan juri yang lain, Sutardji Calzoum Bachri usai acara mengungkapkan, ada perkembangan yang menggembirakan terkait kualitas puisi para penyair di Indonesia. Oleh sebab itu, Anugerah HPI bisa menjadi barometer perkembangan perpuisian di Indonesia.
Ketua Panitia Anugerah HPI 2018, Asrizal Nur menjelaskan rangkaian HPI tahun ini diawali Parade Puisi untuk Rakyat dan Seminar Sastra Internadional.
Dheni Kurnia saat menerima tropi, piagam penghargaan dan uang tunsi di panggung acara mengungkapkan kebahagiaannya atas prestasi yang luar biasa tersebut.
“Saya bersyukur kepada kehadirat Allah SWT dan kepada seluruh kurator yang telah mempercayai buku Puisi Bunatin menjadi buku puisi terbaik tahun ini,” kata Dheni.