Perempuan dan Pembangunan Kota

Senin, 15 Desember 2014 - 22:37 WIB
Ilustrasi
Apakah saya termasuk lebay (berlebihan) membawa-bawa perempuan dalam pembangunan kota. Apa pentingnya perempuan di dalam pembangunan kota? Bukankah tugas pokok mereka mengurusi rumah tangga; mengasih dan mengasuh anak, mengurus makan-minum dan membereskan pakaian suami dan anak-anak serta tetek bengek rumah tangga lainnya.
 
Mungkin masih banyak yang belum menyadari bahwa perempuan sejatinya mempunyai peranan besar di dalam kelancaran dan kesuksesan pembangunan kota, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sekali lagi, apakah saya lebay dan mengada-ada saja? Atau sengaja ingin mencari simpati dan mencuri perhatian kaum perempuan? Silakan untuk menyimak uraian selanjutnya, dan kemudian dapat menimbang-nimbang kekuatan argumen yang disampaikan. Bisa setuju, bisa juga menentangnya. Belum banyak yang membahasnya, namun saya memberanikan diri untuk menuliskannya, supaya dapat terbuka mata hati kita semua. Supaya tidak ada prasangka, dan dusta di antara kita.
 
Secara tidak langsung, bukankah kaum perempuan yang berada di balik layar dari kesuksesan seorang lelaki yang kebanyakannya menjadi pejabat dan orang-orang yang mengambil keputusan penting di negara dan kota-kota yang ada di Tanah Air? Dalam konteks ini, sebenarnya kaum perempuan (khususnya istri) dapat memberikan gagasan dan sumbangan pikiran ketika berkomunikasi dengan suaminya di rumah di sela-sela waktu senggang dan istirahat. Istri dapat menyampaika gagasan dan masukan yang bernas dengan mesra dan menyejukkan, khususnya di dalam mewujudkan pembangunan kota yang berkualitas. Bahkan, dalam masa-masa santai ini juga pikiran lebih tenang dan sejuk, apalagi jika masukan dan gagasan brilian muncul dari orang terdekat yang lebih banyak menghabiskan waktu bersamanya.
 
Sehubungan itu, kaum perempuan harus senantiasa belajar dan belajar. Jangan beranggapan, jika sudah menjadi istri sejati (ibu rumah tangga), ilmu dan ijazah yang telah didapatkan di bangku sekolah dan perguruan tinggi tidak ada gunanya. Ini keliru besar, namun banyak merecoki pikiran kaum perempuan masa kini. Ilmu senantiasa bermanfaat dimana dan kapanpun, menembus dimensi ruang dan waktu.
 
Jika kita melihat sejarah besar, bagaimana kesuksesan dan kegemilangan dakwah dari Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam ketika masa-masa awal kenabian, tidak dapat dilepaskan dari kelembutan, kasih sayang dan motivasi yang diberikan oleh isteri beliau, Khadijah rhadhiallahu anha.
 
Lihat juga bagaimana kesuksesan dan kelanggengan kekuasaan Soeharto, juga tidak dapat terlepas dari peranan besar dari istri beliau, Ibu Tien (Suhartini) yang setia mendampingi kemanapun Pak Harto pergi. Lihatlah, bagaimana kesudahannya setelah kepergian Ibu Tien. Soeharto seperti kehilangan arah yang kemudian berakhir dengan kejatuhannya.
 
Lihat juga perjalanan hidup BJ. Habibie, Presiden Indonesia ketiga yang menggantikan Soeharto, juga tidak terlepas dari kehadiran istri setia yang senantiasa tersenyum, memberikan kesejukan, perhatian, kasih sayang, dan kesabarannya sehingga Habibie bisa menjadi seperti sekarang. Silahkan baca buku Habibie-Ainun yang ditulis sendiri oleh Habibie.
 
Begitu seterusnya. Pembaca dapat meneruskan dengan perjalanan hidup orang-orang sukses lainnya, baik di negara kita maupun di tempat lainnya di dunia. Bahkan katanya, Hillary Clinton lebih hebat dari suaminy Bill Clinton, begitu juga dengan istri Obama, presiden Amerika Serikat sekarang.
 
Begitu juga misalnya keberhasilan Jokowi di dalam memimpin Kota Solo, yang berlanjut dengan memimpin Jakarta dan seterusnya menjadi Presiden Indonesia juga tidak bisa dilepaskan dari seorang perempuan penyayang dan penyabar yang bernama Iriana, yang senantiasa mendampingi Jokowi di dalam memberikan ketenangan, kedamaian, kesejukan dan kehangatan sehingga Jokowi bisa fokus bekerja. Selain itu, Jokowi adalah orang yang sangat mencintai ibundanya.
 
Termasuk juga peranan istri di dalam menyediakan dan memberikan ruang yang menyejukkan dan meneduhkan di rumah, sehingga para suami (pejabat kota) dapat menghasilkan gagasan cemerlang dan bekerja dengan fokus di dalam mengambil keputusan pembangunan (kota).
 
Termasuk juga peranan besar kaum perempuan (istri) di dalam memberikan  contoh dan teladan di rumah tangga  terhadap anak-anaknya. Anak-anak yang kelak berhasil dan memiliki sum ber daya manusia (SDM) unggul  yang sangat dibutuhkan di dalam kelanjutan pembangunan (kota) dimasa yang akan datang tidak bisa dilepaskan dari peranan seorang perempuan yang berdedikasi dan penyabar.
 
Gerakan Perempuan Kota Berkebun
Jika di Jakarta, ada gerakan Indonesia berkebun (IB) yang dipelopori oleh Ridwan Kamil (sebelum beliau menjabat Walikota Bandung), maka gagasan ini dapat diperpanjang dengan melibatkan kaum perempuan  secara khusus untuk menggerakkan dan menginisiasinya gerakan kota berkebun di kota-kota yang ada di Riau, khususnya Ibukota Pekanbaru yang kita cintai.
 
Kenapa saya memberikan perhatian kepada kaum perempuan? Pertama, karena urusan menanam; tanaman, pokok, bunga, dan yang sejenisnya lebih mendekati kepada fitrah kaum perempuan, yang lebih penyayang, sabar, dan telaten. Hal ini juga seirama dengan budaya di Tanah Melayu dan Nusantara pada umumnya, dimana yang turun ke sawah, menanam padi, menanam sayur-mayur, palawija lebih banyak dilakoni kaum perempuan. Sementara kaum lelaki bekerja sebagai penyadap karet, berburu, menagkap ikan, tukang bangunan, buruh, sopir dan pekerjaan kasar lainnya.
 
Jikapun kaum lelaki terlibat di dalam urusan pertanian, biasanya hanya untuk pekerjaan yang berat-berat saja, setelah itu diserahkan kepada kaum perempuan yang lebih penyayang dan penyabar tersebut. Mungkin sedikit berbeda dengan tradisi di Pulau Jawa yang memang budaya darat (pertanian), dimana kaum lelaki banyak juga yang terlibat total di dalam pertanian, disamping juga tentunya kaum perempuan.
 
Kedua, biasanya juga perkumpulan (sosial) kaum perempuan lebih langgeng dan berkekalan dibandingkan perkumpulan yang melibatkan kaum lelaki. Coba perhatikan wirid pengajian ibu-ibu, arisan ibu-ibu, dan yang sejenisnya lebih berdaya tahan dibandingkan perkumpulan atau persatuan kaum lelaki. Perkumpulan (soial)  yang melibatkan kaum lelaki banyak yang panas-panas tahi ayam, semangat di awal, kemudian lulai lungtai di perjalanan, layu, dan mati untuk tidak bangkit lagi. Bahkan kini, di kota-kota besar juga lagi marak perkumpulan kaum elit perempuan yang dikenal dengan sosialita, yang semakin menjamur dan bertambah jumlah pesertanya.
 
Sehubungan itu, maka kaum perempuan sebenarnya mempunyai potensi yang sangat besar di dalam memberikan sumbangan secara langsung di dalam pembangunan kota. Dalam konteks ini saya hanya membahas secuil gagasan yang dapat diterapkan kaum perempuan dalam mewujudkan kota yang lebih sejuk, teduk, asri dan nyaman.
 
Mungkin jika gagasan ini diinisiasi oleh orang-orang terkenal dan berpengaruh akan bergaung dan dapat menginspirasi banyak orang. Yang saya maksudkan di sini adalah istri dari walikota, istri dari ketua DPRD kota, istri ketua Bappeda kota, istri Rektor UNRI, istri Rektor UIR dan mungkin sosialita lainnya yang dikenal luas dan berpengaruh di setiap kota yang ada di Riau.
 
Namun, hal ini juga tidak menutup kemungkinan kaum perempuan lainnya yang tampaknya biasa-biasa saja. Kadang-kadang kita tidak tahu potensi dan kemampuan yang dimiliki seorang perempuan yang kita anggap tidak ada apa-apanya. Wallahu a’lam.
 
Dr Apriyan D Rakhmat
Catatan: Tulisan ini terinspirasi oleh seorang perempuan penyayang dan penyabar...
 
Penulis adalah dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Islam Riau Pekanbaru.

Editor:

Terkini

Terpopuler