RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA – Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Rachland Nashidik lebih memilih berpikir objektif soal perdebatan terkait pidato Prabowo Subianto soal 'tampang Boyolali' dan Jokowi disebut berbohong salah satu orangtuanya asli Boyolali.
Ia mempertanyakan faedahnya perdebatan itu bagi demokrasi.
"Kebhinnekaan itu juga: Tidak malu disebut "Tampang Boyolali". Dan, tidak ambil pusing pada "Bapak dari Ibu saya orang Boyolali". Sense of humour dan sense of urgency sama perlunya dalam merawat akal sehat. Apa faedahnya bagi demokrasi marah-marah tentang itu?" kata Rachland dikutip dari akun twitternya @RachlanNashidik, Rabu 7 November 2018.
Menurutnya, dalam demokrasi, asal usul sosial atau biologis seseorang tak penting. Apalagi, cuma tampangnya.
"Yang penting bagi demokrasi, bukan Anda siapa atau dari mana, tetapi Anda mau berbuat apa bagi rakyat?" Kata Rachland.
Ia menambahkan, pun bila berbohong, bukan urusannya siapa dan dari mana sebenarnya asal usul ayah seseorang. Urusannya, sudah berbuat apa bagi kesejahteraan saya, gagal atau berhasil, lalu pantas untuk dipilih atau tidak.
"Begitu seharusnya logika kita sebagai warga negara dalam berdemokrasi," kata Rachland.
Ia mencontohkan, marahlah kalau Presiden berbohong membeli kapal selam, padahal kapal-kapal itu sudah dibeli oleh Presiden sebelumnya. Marahlah bila Presiden mengaku membuat bendungan, jalan, bandara, padahal ia cuma meresmikan karya Presiden sebelumnya.
"Tapi siapa Ayah Presiden? Bukan urusan Anda. Sudahilah kegilaan mencari dan mengunyah remah-remah makanan basi. Fokuslah pada hak kita terhadap roti di atas meja dan keadilan dalam pembagiannya," kata Rachland.