Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan, pemuda selaku generasi penerus bangsa, akan memiliki peranan sangat penting dalam mengatasi krisis energi di negara non ekuator pada masa mendatang. Diperkirakan, saat krisis itu terjadi, Indonesia akan menjadi incaran dari negara-negara tersebut.
Menghadapi kemungkinan itu, pertahanan Indonesia harus tetap dijaga dan ditingkatkan. Hal ini penting menjadi perhatian pemuda selaku generasi penerus bangsa. Sebab, Indonesia merupakan salah satu negara yang strategis, terletak dalam kawasan negara ekuator yang kaya sumber daya alam (SDA) baik energi, air dan pangan.
Hal itu dilontarkannya dalam acara bincang-bincang dengan civitas kampus di Riau, Rabu (11/3) di aula Pertemuan Fisip Universitas Riau. Ikut hadir dalam kesempatan itu Plt Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman, Wakil Walikota Pekanbaru Ayat Cahyadi, Rektor UR Prof Dr Aras Mulyadi, Rektor UIR Prof Dr Detri Karya, Rektor UIN Susqa, Rektor Polyteknik Caltex, dan seluruh ratusan mahasiswa.
Dikatakan Gatot, hampir 70 persen konflik yang terjadi di dunia disebabkan masalah energi. Karena energi merupakan kebutuhan vital bagi seluruh penduduk di dunia. Diperkirakan, pada tahun 2035 mendatang, kebutuhan energi fosil akan naik sebesar 41 persen. Jadi, dengan kenaikan tersebut diprediksi di tahun 2043 kebutuhan energi fosil akan digantikan dengan energi hayati.
Diperkirakan, pada tahun 2043 mendatang persediaan energi di kawasan non ekuator akan semakin menipis, karena semakin banyaknya jumlah penduduk.
"Diprediksi sebanyak 9,8 miliar penduduk di kawasan non ekuator tersebut akan mengambil tambahan energi di daerah yang berada di kawasan ekuator, seperti Indonesia. Apalagi jumlah penduduk di kawasan ekuator jauh lebih sedikit, yakni 2,5 miliar penduduk," terangnya.
Dengan situasi itu, Indonesia akan menjadi rebutan bagi negara yang berada di kawasan non ekuator karena terjadinya krisis energi. Untuk itu, sebagai generasi penerus bangsa sudah seharusnya para pemuda atau generasi muda bisa mengambil sikap untuk melindungi negara Indonesia dari konflik tersebut.
"Ini yang harus menjadi perhatian generasi muda pada masa mendatang, khususnya terkait ancaman proxy war," ingatnya.
Dalam kesempatan itu, Aras juga menuturkan rasa bahagianya atas kehadiran KSAD di lingkungan UR. Diharapkannya, kehadiran itu membawa berkah dan dinamika bagi pendidikan khususnya bagi pengembangan Sumber Daya Manusia di Riau. "Mahasiswa bisa mengerti dan tahu bahaya proxy war, karena merupakan suatu ancaman bagi ideologi politik dan keamanan," ujarnya. ***