RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan, stok dalam negeri akan mengalami kekurangan jika tidak melakukan impor beras. Pasalnya jumlah stok beras yang ada di pasar tak cukup dengan kebutuhan konsumsi masyarakat yang sebesar 29,6 juta ton.
Seperti diketahui, pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla telah melakukan impor beras sebesar 1,8 juta ton sejak awal tahun. Angka itu merupakan realisasi dari izin impor yang dikeluarkan sebesar 2 juta ton di tahun ini.
Darmin menjelaskan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) total produksi beras hingga akhir tahun akan mencapai 32,4 juta ton. Artinya memang mengalami surplus 2,85 juta ton, namun itu sangat rendah mengingat umumnya surplus berada di angka 20 juta ton.
Belum lagi, sebanyak 4,5 juta keluarga petani menyimpan stok beras untuk kebutuhannya, rata-rata per keluarga menyimpan 5-10 kg. Hal ini membuat stok beras yang ada di pasar sangat kurang dari kebutuhan.
"(Jadi) kalau tidak ada impor, tewas," ujar Darmin di Gedung Kementerian Perekonomian, Jakarta, Senin (22/10/2018).
Dengan adanya impor, saat ini stok beras di Bulog mencapai 2,4 juta ton. Angka tersebut berasal dari sekitar 1,8 juta ton beras impor, sedangkan serapan dari produksi dalam negeri sebesar 600 ribu ton.
"Itu sebabnya di awal tahun kita sudah mulai melihat, bahwa stok Bulog kok rendah sekali. Bahkan pada waktu Maret kita mengimpor, itu stok Bulog tinggal 500 ribu ton. Enggak pernah kejadian seperti itu, terlalu rendah," jelasnya.
Oleh sebab itu, menurutnya, stok beras saat ini dalam kondisi yang aman karena didorong impor. "(Jadi aman) karena kita impor," tambahnya.