Riyadh (HR)- Arab Saudi sedang berupaya meminimalkan dampak anjloknya harga minyak terhadap perekonomian dalam negeri.
"Harga rendah yang disaksikan oleh pasar minyak berpengaruh pada pendapatan kerajaan. Namun, kami berupaya untuk meminimalkan dampaknya terhadap pembangunan," kata Raja Salman (79) dalam pidato pertamanya sejak naik tahta 23 Januari, Selasa (10/3).
Selama paruh kedua tahun lalu harga minyak mentah dunia turun sekitar setengahnya dari 100 dolar AS per barel lebih.
Pada Desember kerajaan mengumumkan anggaran 2015 meliputi sedikit kenaikan pengeluaran menjadi 229,3 dolar AS dan penurunan proyeksi pendapatan menjadi 190,7 miliar dolar AS, membuat negara tersebut mengalami defisit anggaran pertama sejak 2011.
Arab Saudi adalah ekonomi terbesar dunia Arab dan banyak pengeluarannya diperuntukkan bagi program kesehatan, pendidikan dan pelayanan sosial serta infrastruktur.
Para pejabat mengatakan cadangan kerajaan yang diperkirakan 750 miliar dolar AS memungkinkan untuk melawan penurunan harga minyak mentah global.
Arab Saudi adalah pengekspor minyak mentah terbesar di dunia dan minyak memberikan kontribusi sekitar 90 persen terhadap pendapatan pemerintah. Salman mengatakan kepada para pejabat pemerintah dan pejabat lainnya bahwa pencarian deposit baru minyak, gas dan sumber daya alam lainnya di Arab Saudi akan dilanjutkan.
"Harga bensin tinggi selama beberapa tahun terakhir telah memiliki efek positif pada ekonomi kerajaan, dalam pembangunan proyek-proyek," kata Raja Salman seperti dilansir kantor berita AFP.
Tetapi kejatuhan harga minyak telah menekankan perlunya ekonomi alternatif dan Raja Salman mengatakan ekonomi kerajaan masa depan "akan didasarkan pada sejumlah inovasi", dengan semakin banyak usaha kecil dan menengah.(ant/ivi)