RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka suara mengenai kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang menembus level terlemah sepanjang masa.
Berbicara di sela-sela rangkaian Annual Meeting IMF - World Bank 2018, Sri Mulyani akhirnya menyebut kondisi saat ini belum mencapai puncaknya, karena tekanan masih akan berlangsung hingga tahun depan.
"Normalnya, equilibrium belum tercapai karena yang dikatakan Powell [gubernur bank sentral]," ungkap Sri Mulyani di Hotel Melia, Nusa Dua Bali, Senin (8/10/2018), seperti dilansir CNBCIndonesia.
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah. Bahkan, mata uang Garuda menyentuh posisi terlemah sepanjang sejarah.
US$ 1 ditransaksikan berada di Rp 15.252/US$ di perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,51% dibandingkan posisi penutupan akhir pekan lalu.
Sebelumnya, ekonom senior mantan Menko Ekuin era Presiden Gus Dur, Dr. Rizal Ramli sudah terlebih dahulu menyatakan nilai tukar dolar AS Rp 15.000 merupakan permulaan. Menurut dia kurs rupiah bisa melemah lebih dalam ke depannya.
"Ini baru awal doang Rp 15.000. Langkah Menkeu, Menko, dan menteri ekonomi lainnya behind the curve. BI saja yang ahead the curve," ujar Rizal Ramli dalam sebuah diskusi di Hotel Ibis Harmoni, Jakarta, Rabu (26/9/2018).
Menurut Rizal, langkah pemerintah untuk mencegah pelemahan nilai tukar dengan cara menaikkan tarif Pajak Penghasilan (PPh) impor pada 1.147 barang konsumsi dianggap hanya berdampak kecil pada penurunan laju impor. dan tak berdampak besar untuk nilai tukar. Menurut dia, nilai impor dari komoditas tersebut hanya sebesar US$ 5 miliar.
"Kebanyakan komoditas ecek-ecek aja, lipstik, baju, yang total impornya hanya US$ 5 miliar. Tapi enggak berani sentuh top ten impor," jelasnya.
Bahkan mantan Menko Maritim tersebut juga mempertanyakan sikap pemerintah yang tak berani menyetop impor baja dari China. Padahal nilai impor itu mencapai US$ 10,6 miliar.
"Padahal Krakatau Steel merugi dengan banjir impor baja dari China yang banting harga, baja impor kita US$ 10,6 miliar, yang lain merugi, hadapi dong, tuntut China karena dumping," kata dia.
Rizal menuturkan, jika pemerintah berani mengambil langkah tersebut, dia memproyeksi laju impor Indonesia akan berkurang menjadi hanya US$ 3 miliar.
"Kalau kita lakukan, impor berkurang dari US$ 10 miliar ke US$ 3 miliar," tutup dia.