RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Capres sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto diminta untuk tidak pidato keras dalam mengkritisi pemerintah. Siapa yang meminta Prabowo?
"Kubu sebelah pasti yang minta, ada seseorang yang lobi Pak Prabowo tidak keras-keras (mengkritisi). Sekarang juga Pak Prabowo (diminta) jangan bicara ekonomi, (diminta) jangan bicara soal ketampanan," kata anggota Badan Komunikasi DPP Gerindra, Andre Rosiade saat dihubungi, Minggu (7/10/2018) malam.
Kubu sebelah yang dimaksud Andre yakni kubu Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Andre mengatakan kubu Prabowo-Sandiaga Uno akan bicara secara proporsional, terutama soal ekonomi.
Dia mengatakan kubu Prabowo-Sandiaga akan mengeluarkan program-program ekonomi agar pemerintah serius membenahi persoalan ekonomi. Andre mengatakan kubunya juga akan menyoroti penanganan korban gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Lalu kita akan terus mengkritisi ekonomi Indonesia karena sekarang ekonomi kita mulai gawat. Dolar di atas Rp 15.200. Pemerintah terkesan gagap menghadapi persoalan dolar ini. Aset kebijakannya tak ada yang konkret. Lalu kalau kami dilarang bicara soal ekonomi kan tidak realistis," tuturnya.
"Lalu kami bicara soal Lombok, janji bantuan pemerintah tak ada yang dilaksanakan. Contoh uang jaminan hidup kan udah dijanjikan dari awal, sampai 3 bulan berjalan belum terealisasi. Apalagi uang perbaikan rumah oleh pemerintah," sambung Andre.
Sebelumnya diberitakan, Prabowo mengaku mendapat tudingan negatif ketika dirinya memantapkan diri untuk maju di Pilpres 2019. Bahkan ada yang memintanya tidak terlalu lantang dalam berpidato.
"Saya ini dapat tudingan macam-macam, ada yang bilang saya haus kekuasaan. Ada yang bilang ini dan itu, ada yang sengaja datang ke saya memberi saran pak Prabowo kalau pidato jangan keras-keras, dan dia orang baik dia pendukung saya jadi saya bicara itu yang sejuk, pelan-pelan," ungkap menghadiri acara tasyakur Ponpes di Jalan Sukabumi - Cianjur KM 10 Sukalarang, Minggu (7/10) kemarin.
Kendati demikian, Prabowo ini tidak mendengarkan saran tersebut. Ia tetap akan lantang dalam menyuarakan kondisi bangsa Indonesia saat ini.
"Tapi saya tidak bisa tinggal diam, ketika masih ada rakyat yang kelaparan sementara di Jakarta sana segelintir orang mencuri kekayaan kita, rakyat Indonesia dianggap bodoh semua. Orang-orang yang sudah mencuri uang rakyat dengan uang hasil curiannya itu mereka sudah menguasai televisi, mereka menguasai surat kabar dan mungkin pidato ini tidak keluar, enggak ada urusan saya, saya akan bicara apa adanya saja," ungkap dia.