RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Pendukung Prabowo-Sandiaga Uno menyoroti kemewahan Pertemuan Tahunan IMF-World Bank di Bali nanti. Rizal Ramli dan Sandiaga bahkan menyarankan potato chips dan air putih saja yang jadi suguhan di gelaran itu. PDIP menolak.
"Kita baru saja dipuji-puji pada gelaran Asian Games kok, sekarang tiba-tiba mundur untuk jadi ngere (berlagak kere)? Nggak lah. Negara kita kaya," kata Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan DPP PDIP Eva Kusuma Sundari dikutip detikcom, Minggu (7/10/2018).
Tak sepatutnya, menurut Eva, Indonesia merendahkan dirinya sendiri dengan menyajikan pelayanan yang sederhana kepada publik internasional. "Jangan merendahkan diri lah. Mentalitas inferiornya itu kok nggak selesai-selesai ya," ujar Eva.
Pihak pendukung Prabowo-Sandiaga juga menyoroti bahwa penyederhanaan gelaran tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia di Pulau Dewata itu sebagai bentuk keprihatinan atas bencana alam yang terjadi. Ada gempa Lombok, disusul gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah. Namun menurut Eva, Presiden Jokowi sudah memberi perhatian kepada bencana alam, termasuk di Sulawesi Tengah sebagai bencana alam yang paling akhir terjadi.
Lagipula, pemerintah juga telah berhasil menyisipkan agenda penting di gelaran IMF-World Bank berdana Rp855 miliar itu. "Yakni pembahasan soal penanganan bencana bagi perekonomian. Itu menjadi agenda khusus, sisipan, yang menjadi talking point resmi. Itu disisipkan karena ada gempa," kata Eva.
Koalisi pendukung Prabowo-Sandi tak akan mengutus wakilnya untuk menghadiri acara IMF-World Bank 2018 di Bali. Padahal sederet tokoh parpol koalisi Prabowo-Sandi duduk di pimpinan DPR dan MPR. PDIP sebagai parpol pengusung Jokowi menilai itu sebagai sikap yang emosional.
"Ya menurutku itu baper (bawa perasaan/emosional) banget," kata Eva Kusuma Sundari.
Menurutnya, gelaran ini adalah gelaran besar. Tak sepatutnya ego politik kepartaian dibawa untuk menyikapi hajatan internasional yang diselenggarakan di Bali. Namun Eva memaklumi sikap para politikus pendukung Prabowo itu. Toh Partai Gerindra dulu juga pernah bersikap berbeda di parlemen, seperti menolak kunker ke luar negeri.
"Tapi kalau itu jadi keputusan internal, ya nggak apa-apa. Nggak akan mengganggu itu," tutur Eva.
Lebih dari itu, Eva menilai sikap politik terhadap IMF-World Bank dari koalisi Prabowo-Sandiaga itu sebagai strategi keluar pihak Prabowo dari belitan isu Ratna Sarumpaet. Sebagaimana diketahui, Ratna menjadi tersangka gara-gara hoax penganiayaan terhadap dirinya.
"Jadi kalau dia pakai sikap untuk tidak datang ini sebagai 'exit policy' untuk bangkit kembali, itu ya nggak apa-apa. Itu exit policy dari urusan Ratna," kata Eva.