Oleh: Drs H Iqbal Ali, MM
Mubalig IKMI Riau & Ketua Pembina IKMR Riau
RIAUMANDIRI.CO - Bencana gempa berulang terjadi. Baru saja di Lombok dan sekitarnya yang masih menyisakan kehidupan pengungsi di tenda darurat dan memakan korban begitu banyak. Pekan lalu, 28 September 2018, berlaku pula kehendak Allah. Sebuah gempa dahsyat berkekuatan 7,4 SR mengguncang Sulawesi Tengah, tepatnya di Palu dan Donggala, yang memakan korban jiwa dan materil begitu banyak.
Selaku muslim, tentu memahami bahwa; Tidak ada suatu kejadian di alam semesta ini kecuali atas izin Allah dan Allah maha tahu atas semua hikmah di balik kejadian-kejadian yang ada (QS : Albaqarah 216 dan Attaghabun 11).
Musibah tidak membedakan sasaran, bisa orang baik, orang kafir, bisa orang zalim maupun masyarakat luas (QS : Al-anfal 25). Musibah tidak bisa ditolak, karena memang kemampuan ilmu manusia tidak mampu menolaknya (QS : Al-isra 85).
Namun kata Allah, manusia diwajibkan untuk berusaha menghindar. Selanjutnya kata Allah ; Apapun musibah yang menimpa kalian, itu adalah karena kesalahanmu (QS : An-nisa 79). Cukup banyak ayat-ayat Allah tentang musibah terutama musibah gempa.
Sekarang selaku muslim bagaimana kita melihat dan menyikapi terutama musibah gempa. Pertama, dilihat dari proses yaitu didasarkan keilmuan. Gempa bisa terjadi karena adanya lempengan bumi yang labil. Bisa adanya patahan yang bergeser atau turun dan bisa juga karena letusan gunung. Disebut kajian-kajian geologis.
Kedua, dan terpenting yaitu dilihat dengan kaca mata iman atau agama. Kita sebut lagi 2 ayat sebagai dasar melihat dengan kaca mata iman. Alquran menyebut, musibah apapun yang menimpa kamu, itu akibat kesalahanmu sendiri (QS : An-nisa 79).
Berikutnya (QS : Alakraf 96); Jika penduduk suatu bangsa beriman dan taqwa, sesungguhnya kami bukakan keberkatan lahir dan batin. Tapi jika mereka mendustakan ayat-ayat Ku maka kami siksa karena perbuatan mereka.
Musibah yang datang silih berganti menimpa negeri kita, bisa jadi atau berkemungkinan karena ulah anak bangsa sendiri yang sudah begitu banyak melabrak rambu-rambu agama. Kita lihat saja, saat ini dunia termasuk Inndonesia sedang dikepung awan gelap kebencian, fitnah, kebohongan, intoleran malah disebut kondisi konflik terselubung. Sesama muslim tidak kompak, fanatik golongan tak terelakkan.
Sekarang musibah telah terjadi, tentu banyak hikmah di balik kejadian itu. Musibah bisa sebagai azab atau siksaan, bisa sebagai peringatan dan bisa sebagai ujian. Kita cenderung musibah gempa di negeri kita sebagai peringatan atau ujian, karena perilaku anak bengsa kita sudah banyak yang melenceng dari ajaran islam.
Sebgai muslim, kita tak boleh tinggal diam, kita harus bersikap dan berbuat yaitu 1. Interospeksi, merenung, adakah selama ini perbuatan kita menyalahi tuntunan agama? Jika ada segera minta ampun kepada Allah dan langsung tobat. Jika tidak tobat, kita termasuk zalim. 2. Sabar dan mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. 3. Ikhlas dan ridha, tanpa menyalah-nyalahkan orang lain, apalagi menyalahkan Allah. 4. Berbuat aksi nyata, tanda turut berduka sebagai kesolehan sosial kita, membantu meringankan derita semampu kita. 5. Diiringi dengan doa, semoga allah memberi kekuatan lahir dan batin menghadapi musibah tersebut.
Itulah sikap kita selaku muslim menghadapi musibah gempa khususnya. Namun kita tidak boleh larut, karena Allah memberi semangat dan harapan dalam Alquran 2 kali Allah menyebut; Bahwa di balik kesulitan ada kemudahan.
Semoga musibah Palu dan Donggala dengan segala dampaknya segera berakhir dan kehidupan pulih seperti sebelumnya. Yang telah mendahului kita, semoga Allah menjadikan mereka mati syahid, aamiin. ***