RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta maaf kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Jaksa Agung Muhammad Prasetyo terkait pernyataan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Andi Arief.
Andi Arief menuding ada andil Jokowi dan Prasetyo di balik perpindahan Ketua DPD Demokrat Sulawesi Utara Vicky Lumentut ke Partai NasDem.
"Saya minta maaf kpd Presiden Jokowi & Jaksa Agung atas "tweet" Bung Andi Arief (AA), kader Demokrat, yg terlalu keras," ujar SBY lewat akun Twitter pribadinya @SBYudhoyono, Jumat (27/9).
Kicauan tersebut ditulis langsung oleh SBY dan bukan oleh admin twitter, karena tertulis tanda *SBY*
SBY mengakui pernyataan yang disampaikan oleh Andi berlebihan dan membuat Jokowi, serta Prasetyo tidak nyaman. Akan tetapi, ia menilai Andi menyampaikan pernyataan tersebut secara spontan di tengah posisinya sebagai kader Demokrat yang tidak terima pemimpin dan partainya dilecehkan oleh NasDem.
SBY menjelaskan tindakan Ketum NasDem Surya Paloh memakaikan jaket ke Vicky sangat melukai Demorkrat.
"Saya tahu AA mewakili perasaan jutaan kader Demokrat yang tidak terima partai dan pemimpinnya dilecehkan oleh Partai NasDem," ujarnya.
Terkait dengan kejadian itu, SBY meyakini Jokowi tidak mengetahui.
Ia pun yakin Jokowi merasakan yang dirasakan oleh Demokrat. Ia berharap semua pihak dapat mengambil hikmah dari kejadian tersebut.
"Saya juga yakin Presiden Jokowi ingin Pemilu ini berlangsung secara damai dan tak ada perilaku politik yang melampaui batasnya," ujar SBY.
Andi Arief melalui akun twitter @AndriArief_ menuding Kejaksaan Agung sebagai alat politik Partai NasDem untuk memperkuat diri dalam menghadapi Pemilu 2019.
Andi menduga Kejagung menggunakan kekuasaannya sebagai lembaga penegak hukum untuk kepentingan politik.
Jaksa Agung Muhammad Prasetyo diketahui pernah menjadi kader NasDem. Sebelum diangkat menjadi Jaksa Agung, Prasetyo sempat menjadi anggota DPR Fraksi NasDem periode 2014-2019 daerah pemilihan Jawa Tengah II.
Andi lantas bertanya-tanya perihal posisi Presiden Joko Widodo terkait dugaan permainan politik yang dilakukan NasDem melalui Kejaksaan Agung.
Apakah Jokowi tidak mengetahui, mengetahui, atau mungkin terlibat secara langsung dalam permainan politik Nasdem melalui Kejagung.
"Kalau Jokowi memang terlibat dalam skandal jaksa agung jadi alat politik NasDem, saya menyerukan #2018gantipresiden," tutur Andi.