MAROS (HR)- Pembangunan hanggar kalibrasi Bandara Internasional Sultan Hasanuddin untuk sementara dihentikan menyusul ambruknya bangunan itu dan menewaskan lima orang pekerjanya.
Kapolsek Bandara Hasanuddin, AKP Andi Alamsyah, mengatakan, telah memasang garis polisi di lokasi kejadian perkara tepatnya di belakang SD 35 Pao-Pao, Desa Baji Mangai sejak Senin 9 Maret.
"Proses pembangunan untuk sementara kita hentikan sampai kasus ini clear. Kalau sudah clear, proses pembangunannya akan dilanjutkan kembali. Untuk kerugian kita belum bisa pastikan. Kita sementara melakukan pemeriksaan saksi. Total pekerja sebanyak 95 orang, korban sebanyak 19 orang, lima sudah meninggal dan 14 luka-luka," katanya, Selasa (10/3).
Sementara itu, salah pekerja proyek bernama Syamsul asal Jombang, Jawa Timur, mengatakan, selama melakukan pekerjaan proyek ting-gal di rumah kontrakan dekat tempat pemakaman umum Sudiang Makassar. Rumah itu dikontrakan oleh PT Nurjaya.
"Seharinya kita hanya digaji Rp70 ribu, kalau lembur, kita digaji Rp80 ribu. Kalau kita tidak kerja atau hujan kita tidak digaji. Justru gaji kami yang dipotong sebesar Rp20 ribu perhari untuk makan tiga kali sehari. Memang kita tinggal makan di warung dekat kontrakan. Saya tidak tahu siapa pemiliknya itu perusahaan. Kalau penangungjawab pembangunan, Ibu Tiku saya kenal. Dia orang lapangan," ujarnya.
Syamsul juga mengaku saat menjadi pekerja dirinya tidak difasilitasi dengan BPJS. Jika sakit dia hanya disuruh ke dokter dan hanya memperlihatkan selembar surat selanjutnya perusahaan yang membayar biayanya.
"Tidak ada kartu kesehatan yang kami pegang. Kalau sakit, kita hanya disuruh ker dokter. Kita dikasih surat saja. Perusahaan yang membayarnya. Saya kerja disitu (hanggar) sebagai pasang beton dan cor saja. Saya kerja sekitar akhir tahun 2014," ungkapnya.(okz/ivi)