RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Istilah 'The Power of Emak-emak' yang sering disebut bakal cawapres Sandiaga Uno dikritik oleh Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Menurut Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan DPP PDIP Eva Kusuma Sundari, istilah itu awalnya justru dipopulerkan pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat Pilgub DKI Jakarta 2017.
"Waktu itu kelompok pro Ahok membentuk 'the power of emak-emak'. Kenapa pakai 'emak-emak'? Karena istilah itu sangat Jakarta banget. Tapi kalau istilah ini dibawa ke Madura atau Kalimantan kan orang akan bingung," kata Eva dikutip dari detikcom, Minggu (15/9/2018).
Eva mengaku saat itu pun ikut dalam grup WhatsApp 'emak-emak' pro Ahok tersebut. Grup itu dibentuk menjelang Ahok disidang terkait kasus penodaan agama.
"Ingat ndak kalau setiap sidang Ahok itu kan pasti ada ibu-ibu yang mengawal? Nah, mereka itu yang mengatasnamakan diri 'the power of emak-emak'. Tapi kalau sekarang istilah ini dipakai sama Sandi ya silakan saja," ujar Eva.
Setelah Ahok divonis hukuman, grup tersebut dibubarkan. Kini Eva pun mempertanyakan mengapa istilah 'emak-emak' dibawa ke tingkat nasional. "Ngerti nggak sih pertimbangan kulturalnya?" kata dia.
Eva sendiri lebih memilih istilah 'perempuan ibu bangsa' ketimbang 'emak-emak' untuk tingkat nasional. Menurut dia istilah 'perempuan ibu bangsa' lebih mengakomodasi semua kalangan perempuan ketimbang 'emak-emak'.
"Kan tidak semua perempuan itu kawin atau punya anak, yang gadis bagaimana? Jadi kalau pakai istilah 'perempuan ibu bangsa' itu yang muda bisa ikut, yang gadis bisa ikut. Tapi kalau ada yang pakai istilah 'emak-emak', kita cuekin aja," kata Eva.