RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Pelukan Presiden Jokowi dengan Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Prabowo Subianto di kursi VIP arena laga pencak silat Asian Games 2018 mendapat pujian dari kalangan politisi di Senayan.
Pelukan Jokowi dan Prabowo Subianto yang diinisiasi atlet Pencak Silat Hanifan Yudani Kusumah itu dinilai Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah merupakan pemandangan yang bagus sekali. "Langkah pesilat Hanifan yang memeluk Jokowi dan Prabowo itu sebagai momen yang damai," kata Fahri, Kamis (30/8).
Bahkan, tambah Fahri, momen yang begitu mesra tersebut membuat banyak masyarakat yang terpukau, seolah-olah kedamaian dan persahabatan itu sesuatu yang mahal. Namun, ia mengingatkan agar tidak terjebak seolah-olah tidak boleh nampak berbeda pendapat oleh pemerintah, tapi harus terus memeluk.
"Itulah sebabnya, kita perlu mendudukannya dalam sesuatu pengertian. Sebab kalau tidak, kita bisa terjebak seolah-olah kita tidak boleh nampak berbeda pendapat oleh pemerintah. Dan, seolah-olah harus terus memeluk pemerintah, dan baru disebut baik. Seolah-olah kita tidak boleh menyampaikan sesuatu yang berbeda dengan pemerintah, baru kemudian disebut cinta damai," katanya.
Ditegaskan Fahri, kesadaran untuk menerima perbedaan justru adalah kekayaan Indonesia dan kalau mengambil momen yang teakhir di arena pencak silat itu, sangat dahsyat sekali karena justru pencak silat itu menjadi digdaya dan memberikan pestasi yang begitu besar bagi bangsa Indonesia.
"Ketika dia (pencak silat) berada ditangan oposisi, ditangan Prabowo yang kita tahu dia orang yang justru tidak sependapat dengan pemerintah, malah menjadi olahraga penyumbang medali emas terbayak. Prabowo adalah figur inti dari oposisi ini dan orang yang tidak mau masuk kedalam pemerintahan. Tapi justru dengan posisi oposisi itulah, Prabowo menunjukan ingin membuat lebih baik," kata Fahri.
Pujian serupa juga dilontarkan Wakil Ketua DPR RI dari Partai Demokrat Agus Hermanto. Dia mengapresiasi momentum Jokowi dan Prabowo Subianto yang berpelukan. "Ini momentum yang sangat baik untuk menunjukkan kepada masyarakat .kedua calon presiden tetap memiliki keteduhan bersikap, dengan berpelukan berselimut satu bendera Merah Putih," uja Agus di Gedung DPR, Kamis (30/8).
Apakah seharusnya sikap tersebut dimiliki juga oleh para pendukung kedua calon, Agus mengatakan bahwasannya setiap orang memiliki perbedaan cara pandang dan bersikap juga kerap berlainan, namun hal ini bisa menjadi cerminan bagi rakyat Indonesia bahwa ternyata kedua Capres tersebut memiliki suatu kesamaan sikap dan perasaan, yaitu perasaan yang bersahabat.
Sementara itu, Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Fadli Zon menyatakan bahwa sikap tersebut memilki dampak yang baik bagi demokrasi Indonesia. Menurutnya, memang kedua kandidat harus memberikan suasana yang damai dan tenang, karena momentum berpelukan tersebut juga menunjukkan bahwa untuk kepentingan nasional semua harus bersatu.
“Untuk kepentingan nasional kita juga di dalam Asian Games, bagaimana Indonesia mempunyai posisi yang terbaik di bidang olahraga ini. Terutama pencak silat sebagai cabang olahraga yang terbanyak memberikan sumbangan medali emas pada Asian Games,” katanya.
Fadli juga menegaskan memang seharusnya sikap kedua calon presiden dapat ditiru oleh para pendukungnya. Karena menurutnya, setelah melihat keadaan yang ada selama ini dari banyak sisi, rakyat Indonesia menginginkan suatu demokrasi yang damai. Meskipun adanya perdebatan hal itu tidak menjadi masalah, karena merupakan dinamika dalam berpolitik.
“Kalau kita berdebat enggak ada masalah. Tetapi kita berdebat dengan kepala dingin dengan substansi. Kalau kita mengkritik, itu bagian dari demokrasi. Tidak ada demokrasi tanpa kritik. Saya kira seluruh dunia di negara yang demokrasi, demokrasi itu selalu ada kritik, ada masukan, ada jawaban dari kritik itu, itulah dialektikanya,” tutup politisi Partai Gerindra itu.
Sedangkan politisi dari Partai Golkar TB. Ace Hasan Syadzily mengatakan, pelukan Prabowo dan Jokowi menunjukkan makna yang luar biasa bagi kita semua sebagai sebuah bangsa, bahwa kontestasi Pilpres yang sebetulnya tahapan kampanye belum dimulai namun suasana sudah sangat terlihat panas.
"Minimal itu bisa kita lihat di media sosial, dengan pelukan tersebut disambut dengan luar biasa oleh para warga net dan setidaknya hari itu, kita bisa merasakan suasana di mana hampir semua warga net dan masyarakat menunjukkan kegembiraan yang luar bisa," kata dia dalam diskusi bertemakan "Pelukan Jokowi-Prabowo Bakal Dinginkan Suhu Politik?" di Media Center DPR, Kamis (30/8).
"Kedua-duanya adalah negarawan, kedua-duanya adalah tokoh bangsa, yang jika mereka berada dalam suasana membela bangsa, maka sekat-sekat politik atau perbedaan politik itu seharusnya disingkirkan dan mereka semua disatukan dalam satu naungan yaitu naungan merah putih," ulas Ace Syadzily.
Menurut dia, pelukan Jokowi dengan Prabowo setidaknya dapat meredakan situasi politik bekalangan ini cukup memanas dengan adanya kasus penghadangan atau persekusi. Namun ketika pelukan antara Pak Jokowi dan Prabowo yang diinisiasi oleh Hanifan itu, menunjukkan kepada kita semua bahwa memang ketika kita semua berhadapan dengan negara lain maka memang seharusnya kita bersatu padu dan bersatu, ini merupakan cermin dari kita menghadapi Pilpres 2019 nanti," ujarnya.
Reporter: Syafril Amir