SIAK (HR)-Anjloknya harga karet yang terjadi hampir setahun terakhir, membuat petani karet semakin putus asa dan galau. Sebagian dari mereka sudah menetapkan hati mengganti tanaman karet dengan kelapa sawit yang dinilai lebih menjanjikan dan tidak membutuhkan waktu penggarapan setiap hari.
Seorang petani, Wasiran menceritakan kepada Infosiak, Senin (9/3), keputusannya mengganti tanaman karet dengan sawit akibat harga karet yang murah, dan berlangsung sudah cukup lama.
"Sudah hampir dua tahun, harga karet belum naik harganya paling tinggi Rp6.000 per kilogram. Itu pun tidak bertahan lama, kemudian turun lagi. Jadi dibandingkan dengan harga sawit perkilonya bisa sampai Rp1.500, maka kami merelakan kebun karet yang selama ini sebagai sumber mata pencarian satu-satunya, kami tebang untuk diganti dengan tanaman sawit. Sementara kayunya saya jual," ungkap Wasiran warga Merempan Hulu.
Hal yang sama juga disampaikan Marjuki warga Benteng Hulu. Jangankan berinvestasi memperluas kebun karet, yang sudah ada saja, direncanakan segera ditumbang.
"Kami sekarang tidak mau lagi menanam karet, apalagi harganya murah. Kalau dinilai tenaga kita tidak sesuai dengan hasilnya," terang Marjuki.
Setiap hari, petani karet harus turun ke kebun setiap hari menakik dan mengangkatnya untuk dicetak dalam tong karet atau di ember. Artinya petani harus menghabiskan waktu mulai pagi subuh hingga siang bahkan sore hari berkutat di kebun karet. Sedangkan hasilnya tidak seberapa karena harga karet yang murah.
"Kalau harga karet masih berkisaran diangka belasan ribu, mungkin masih memadai. Tapi sudah setahun lebih harga karet sangat anjlok, dan tentu ini berdampak pada perekonomian keluarga bagi petani seperti kami. Sementara sejumlah kebutuhan semakin melambung akhir-akhir ini," jelasnya.
Marjuki mengaku telah menumbang pohon karetnya untuk dijual, karena memang ada yang menampung kayu karet dengan harga perkubik Rp150.000-Rp200.000.
"Untuk sementara hasil penjualan kayu karet kita belikan bibit sawit, dan impian kita kebun karet kami ini kelak menjadi sumber penghasilan keluarga, meski menunggu sampai 4-5 tahun," ujarnya.(ali)