RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Persaudaraan Alumni (PA) 212 menuding Partai Demokrat punya 'jejak hitam' saat bicara soal dukungan Gubernur NTB TGH Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) kepada Presiden Joko Widodo untuk 2019. Demokrat menjawab PA 212.
Jejak hitam yang dimaksud PA 212 di antaranya soal pemenjaraan Habib Rizieq Syihab di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). TGB merupakan kader Partai Demokrat dan duduk sebagai anggota Majelis Tinggi Partai.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada Novel Bamukmin (Humas PA 212) yang memberikan klarifikasi bahwa PD tidak dekat dengan FPI. Alhamdulillah dijelaskan demikian karena memang faktanya begitu," kata Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum DPP PD Ferdinand Hutahaean kepada wartawan, Kamis (5/7/2018).
Ferdinand tak membantah soal pemenjaraan Habib Rizieq di era SBY. Bagi Ferdinand, bui untuk Rizieq memang murni pidana.
"HRS memang di era SBY pernah dituntut dan murni itu masalah kekerasan atau kriminal murni. Tidak ada kaitannya dengan status ulama," jawab Ferdinand.
Ferdinand mengatakan, di era SBY tidak pernah ada yang namanya isu kriminalisasi ulama. Apa yang didera Rizieq saat itu, kata dia, murni penegakan hukum.
Dia menegaskan SBY sama sekali tak pernah punya masalah lebih lanjut dengan pentolan FPI. Ferdinand menceritakan hubungan SBY dengan Rizieq usai Rizieq bebas.
"Dan saya pikir masalah itu pun selesai dan diterima HRS karena setahu saya hingga kini tidak ada kebencian atau kemarahan HRS kepada SBY. Hubungannya baik setahu saya secara personal," urai dia.
"HRS dituntut di hadapan pengadilan itu bukan jejak hitam Demokrat. Tapi jejak penegakan hukum yang sah dan baik. Jadi itu bukan jejak hitam Demokrat tapi prestasi penegakan hukum yang memandang semua sama di depan hukum," tegasnya.
Sumber: detik