RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA – Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka mengutuk keras tindakan Israel yang membunuh seorang paramedis Palestina, Razan Al Najjar. Seluruh anggota Gerakan Pramuka dan masyarakat Indonesia di mana pun berada diminta menyisihkan waktunya untuk mendoakan almarhumah dan rakyat Palestina.
Hal itu disampaikan Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault. Ia mengaku sangat sedih dan geram mengetahui seorang paramedis Palestina itu ditembak sniper tentara Israel pada Jumat (1/6/2018) lalu. Apalagi gadis berusia 21 tahun itu masih mengenakan seragam paramedis.
"Laknatullah untuk Israel yang membunuh Razan Al Najjar, dan semoga Allah SWT merobek-robek Israel. Mari kita sisihkan waktu kita untuk salat ghaib dan memanjatkan doa untuk Razan Al Najjar dan rakyat Palestina, karena tidak ada satu pun kekuatan yang mampu menembus dinding takdir kecuali kekuatan doa,” ujar Adhyaksa Dault di Jakarta, Selasa (5/6/2018).
Razan Al Najjar ialah relawan paramedis yang tergabung dalam Organisasi Pertolongan Kedokteran Palestina (Jam'iyyah Ighatsah al-Thibbiyah al-Filisthiniyyah). Ia ditembak ketika menolong para demonstran yang terluka di Khan Younis, Gaza Selatan.
Menurut Menpora 2004-2009 ini, aksi biadab tentara Israel tersebut merupakan bentuk kejahatan kemanusiaan. Israel telah melanggar Konvensi Jenewa tahun 1949 yang menyatakan dalam kondisi perang sekali pun, paramedis harus dilindungi saat menjalankan tugasnya, apalagi yang terjadi di Gaza bukan perang, tapi demonstrasi rakyat Palestina terhadap Israel.
Pria murah senyum ini memaparkan, negara pertama yang mengakui kemerdekaan Republik Indonesia adalah Palestina dan Mesir. Karena itu, Pramuka meminta PBB bertindak tegas terhadap aksi biadab Israel kepada warga Palestina. Ia juga meminta pemerintah RI mendorong PBB untuk bertindak tegas.
“Solidaritas pada Palestina sama dengan menjalankan amanat konstitusi 1945. Bunyi baris pertama pembukaan konstitusi RI, kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Dan jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah, bahwa Palestina pernah bantu kita,” ungkapnya.
Gerakan Pramuka sangat diperhitungkan di dunia. Organisasi ini satu-satunya organisasi kepanduan dari 162 NSO anggota World Organization of Scout Movement (WOSM) yang memiliki anggota terbesar di dunia, yakni 17.200.595 anggota (berdasarkan data Munas 2013 atau 21.842.404 anggota (berdasarkan data WOSM 2017).
Dari 109 juta generasi muda di Indonesia, 21,8 juta di antaranya adalah anggota Pramuka. Rasionya 1:5. Artinya, satu dari lima anak muda Indonesia adalah Pramuka. Setelah Indonesia, organisasi kepanduan yang memiliki anggota terbesar adalah Hongkong dan Bhutan. Namun, perbandingannya masih jauh, yakni rasionya 1:17. Artinya, dari 17 anak muda di Hongkong, 1 di antaranya anggota Pramuka.
Adhyaksa memaparkan, Gerakan Pramuka selalu hadir dan membantu masyarakat di lokasi bencana. Bahkan, tidak hanya di dalam negeri, Gerakan Pramuka juga mengirimkan anggotanya saat bencana kelaparan di negara-negara Afrika, seperti Somalia, Sudan, Sudan Selatan, Kenya, Ethiopia, Afrika Tengah, Uganda, Kongo, Angola, Nigeria, Rakhine Sate Myanmar, dan Palestina.
Sebelumnya, Kwarnas Gerakan Pramuka kembali mengutus Andalan Nasional urusan Abdimasgana Eko Sulistio untuk mendistribusikan bantuan kepada pengungsi Palestina dan Suriah. Selama sebulan sejak Rabu (2/5/2018), relawan Pramuka ini berada di kamp-kamp pengungsian di perbatasan Yordania. Kini, ia kembali ke Myanmar untuk mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi Rohingya.***
Editor: Nandra F Piliang