RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Dalam sejarahnya sebagai provinsi otonom, Riau pernah mengalami laju pertumbuhan ekonomi terburuk. Pada 2015, pertumbuhan ekonomi daerah ini hanya tercatat bertengger pada angka 0,22 persen.
''Tapi itu bukan lantaran ketidakmampuan kita, melainkan karena faktor eksternal,'' ujar Rahmad Rahim, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Riau.
Menurut Rahmad, pada 2015 silam siapa pun yang menjadi kepala daerah di Riau dipastikan tidak akan mampu menyelamatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah ini. ''Karena yang menjadi pemicu utama merosotnya laju pertumbuhan ekonomi Riau adalah anjloknya harga minyak bumi di pasar dunia, ditambah sawit,'' katanya.
Kalau pada 2016 laju pertumbuhan ekonomi Riau bergerak ke arah positif, dan sudah mencapai 2,23 persen. Menurut Rahmad, penyebabnya karena Pemprov Riau cepat melakukan sifting (pergantian atau pergeseran) ke sejumlah sektor riil, terutama kepariwisataan.
''Para pengambil kebijakan di daerah ini kala itu cepat melakukan recovery, dan tak mau terpaku dengan kondisi yang ada,'' tandasnya.
Recovery yang kemudian dilanjutkan sifting ke sejumlah sektor riil yang dilakukan pemprov kala itu, menurut Rahmad, tergolong cepat membuahkan hasil, terutama terlihat pada laju pertumbuhan ekonomi, yang semula 0,22 persen naik menjadi 2,23 persen.
''Kalau bagi orang lain recovery mungkin membutuhkan waktu 3-4 tahun, bagi Riau setahun saja sudah menampakkan hasil,'' terangnya. Langkah itu dilakukan justru di tengah kondisi keuangan daerah yang makin menurun.'
Selain pariwisata, sejumlah sektor lain yang diharapkan sebagai andalan baru perekonomian Riau antara lain meliputi perikanan, kelautan, pertanian, dan lainnya. ''Saat itu kita memang mem-push sektor-sektor baru tersebut,'' tambah mantan Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Riau itu.
Optimalisasi sektor pariwisata, satu misal, memang tidak dilakukan dengan setengah hati. Sejumlah iven pariwisata berskala internasional yang digelar di Riau, seperti Bakar Tongkang di Kabupaten Rokan Hilir dan Perang Air di Kabupaten Kepulauan Meranti, mendapat dukungan yang memadai dari Pemprov Riau.
''Karena kita berkeyakinan, imbas dari kesuksesan penyelenggaraan iven wisata berskala internasional itu bagi Riau tidak sedikit. Coba, berapa turis asal Tiongkok yang datang ke sini? Bisa pula dipastikan, dengan iven seperti Bakar Tongkang dan Perang Air para turis asal Tiongkok dari seluruh penjuru dunia akan berkunjung ke Riau,'' ia menambahkan.
Diakui Rahmad, dari sektor ini uang tidak langsung masuk menjadi PAD (pendapatan asli daerah), melainkan langsung bergerak dan berputar di tengah masyarakat. Sebab, yang namanya turis, dipastikan di tempat tujuan akan melakukan sejumlah transaksi seperti membayar penginapan, beli makanan dan minuman, menyewa alat transportasi dan lainnya.
Termasuk Provinsi Kalimantan Timur yang postur perekonomiannya relatif sama dengan Riau, menurut Rahmad, juga mengalami pukulan pada angka pertumbuhan ekonominya di 2015 itu. Tapi diakui Rahmad, setelah 2015 ke atas angka laju pertumbuhan ekonomi Kaltim sedikit lebih baik di atas Riau. ''Mereka rata-rata 3 persen,'' terangnya.
''Kenapa? Karena mereka telah menyiapkan diri sejak 2003, ketika harga minyak bumi 'booming' di pasar dunia, terutama dengan menyiapkan sejumlah infrastruktur dasar untuk menopang pertumbuhan ekonomi seperti jalan. 'Sayangnya, di tahun yang sama kita di Riau belum berbuat ke arah itu.'' terang dia.
Langkah sifting yang dilakukan Pemprov Riau, menurut Rahmad, tidak sebatas mampu mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi daerah dari 0,22 persen di 2015 menjadi 2,23 persen di 2016; tahun-tahun selanjutnya laju pertumbuhan ekonomi Riau juga mengalami tren peningkatan. Pada 2017, Riau sudah mampu mencatatkan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 2,71 persen.
''Ke depan kita lebih optimistis lagi,'' sebut Rahmad. Ia menunjuk contoh di 2018, laju pertumbuhan ekonomi Riau dipatok pada angka 3,71 persen, sesuai target yang tertera di RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Riau 2014-2019.
''Bahkan di 2019 kita lebih optimistis lagi, dengan mematok target pertumbuhan ekonomi sebesar 3,91 persen,'' terangnya.***
Editor: Nandra F Piliang