RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Penurunan harga minyak bumi di pasar dunia memberi pelajaran yang amat berharga bagi Provinsi Riau. Segala sesuatu yang bersumber dari alam pasti ada batasnya, baik karena keterbatasan deposit, termasuk harga yang fluktuatif. Upaya paling bijak dalam menghadapi tantangan Riau di masa depan adalah dengan penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas, antara lain melalui lembaga pendidikan.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau, Rudyanto. ''Di tengah keterbatasan anggaran karena kebijakan pemangkasan dana bagi hasil minyak dan gas, Pemerintah Provinsi Riau tetap memberi porsi perhatian lebih terhadap sektor pendidikan. Karena dengan penyiapan SDM yang berkualitas, memungkinkan keterbatasan potensi sumber daya alam ke depan akan bisa disiasati,'' ujar Rudyato, Jumat (27/4/2018).
Menurutnya, berbagai upaya dilakukan Pemprov Riau untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah ini. Antara lain, menyalurkan bantuan operasional sekolah daerah, bantuan keuangan untuk 12 kabupaten/kota di Riau, upaya peningkatan kualitas guru, pembangunan infrastruktur pendidikan, sampai pemberian beasiswa kepada mahasiswa dari kalangan keluarga tidak mampu.
Untuk program pemberian beasiswa, selama rentang waktu tahun 2014 sampai dengan 2017, Pemprov Riau telah menyalurkan beasiswa kepada 4.002 mahasiswa Riau. Untuk kebutuhan itu, digelontorkan dana Rp41,19 miliar yang diambilkan dari APBD Riau.
Program beasiswa ini, jelas Rudyanto, dibagikan kepada empat kategori penerima, yaitu beasiswa tamatan SLTA pada perguruan tinggi dalam Provinsi Riau, yang diserahkan untuk 2.874 orang dengan alokasi dana Rp21,70 miliar.
Berikutnya, beasiswa tamatan SLTA pada perguruan tinggi nasional yang diserahkan kepada 238 orang dengan alokasi anggaran Rp5,75 miliar. Kemudian, beasiswa untuk pendidik dan tenaga kependidikan (guru), yang diserahkan kepada 90 orang penerima dengan dana Rp4,81 miliar, dan beasiswa bidikmisi (berprestasi tapi tidak mampu) yang diserahkan kepada 890 orang penerima dengan anggaran Rp13,7 miliar.
Untuk beasiswa tamatan SLTA pada perguruan tinggi dalam Provinsi Riau, sebut Rudyanto, grafiknya dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang menggembirakan. Untuk program beasiswa di Universitas Riau yang diserahkan kepada 479 penerima dengan alokasi anggaran Rp21,70 miliar, pada 2014 penerimanya tercatat sebanyak 125 orang, meningkat menjadi 160 pada 2015, dan meningkat lagi menjadi 235 orang pada tahun anggaran 2016.
Kondisi tak beda juga untuk UIN Suska Riau, yang secara keseluruhan jumlah penerima beasiswa yang kuliah di perguruan tinggi ini sebanyak 371 orang dengan anggaran beasiswa sebanyak Rp1,94 miliar. Di lembaga pendidikan ini, kalau pada tahun anggaran 2014 dan 2015 tercatat sebanyak masing-masing 100 penerima, pada tahun anggaran 2016 melonjak menjadi 171 penerima.
Sementara yang kuliah di Universitas Islam Riau tercatat penerima beasiswa sebanyak 585 orang dengan anggaran yang dialokasikan Rp4,24 miliar. "Grafiknya fluktuatif. Kalau pada 2014 jumlah penerima sebanyak 228 orang, meningkat menjadi 246 pada 2015, dan kembali turun menjadi 236 orang penerima," ungkap Rudyanto.
Dilanjutkannya, untuk yang kuliah di Universitas Lancang Kuning jumlah penerima sebanyak 878 orang dengan alokasi dana Rp5,16 miliar. Jumlah penerima dari tahun ke tahun menunjukkan grafik peningkatan. Kalau pada 2014 yang menerima sebanyak 280 orang, meningkat menjadi 298 pada 2015, dan meningkat menjadi 300 orang pada tahun anggaran 2016.
Untuk di Universitas Muhammadiyah Riau, jumlah penerima Rp239 orang dengan alokasi anggaran Rp1,74 miliar. Grafik jumlah penerima berfluktuasi. Kalau pada 2014 sebanyak 60 orang, meningkat menjadi 108 pada 2015, dan turun menjadi 71 pada 2016.
"Berikutnya di Politeknik Caltex Riau sebanyak 126 penerima dengan anggaran 1,52 miliar. Yaitu, untuk 2015 sebanyak 84 orang, dan di 2016 40 penerima," ujar Rudyanto lagi.
Sedangkan di Akademi Kesenian Melayu Riau tercatat tercatat 55 penerima dengan anggaran Rp305 juta. Yaitu, sebanyak 84 orang di 2015, dan 40 orang di 2016.
"Selain yang kuliah di sejumlah perguruan tinggi yang ada di Riau, beasiswa juga kita berikan kepada mahasiswa Riau yang kuliah di sejumlah perguruan tinggi nasional," jelas Rudyanto.
Untuk di Universitas Indonesia tercatat penerima beasiswa sebanyak 31 orang dengan anggaran Rp446 juta, lewat APBD 2014 sampai 2016. Selanjutnya di Institut Teknologi Bandung, tercatat penerima sebanyak 47 orang dengan anggaran Rp980 juta melalui APBD 2014 sampai 2016.
Untuk di Institut Pertanian Bogor, jumlah penerima sebanyak 11 orang dengan anggaran Rp242 juta melalui APBD 2014. Di Universitas Gadjah Mada untuk 86 penerima dengan anggaran Rp3,08 miliar melalui APBD 2014-2017.
Sedangkan di Universitas Brawijaya Malang, kata Rudyanto, jumlah penerima 31 orang dengan anggaran Rp524 juta, dan di Institut Teknologi Sepuluh November jumlah penerima 32 orang dengan anggaran Rp480 juta.
"Berikutnya, untuk program beasiswa bagi pendidik dan tenaga pendidik diberikan kepada 90 peserta dengan alokasi anggaran Rp4,81 miliar, melalui APBD Riau 2015-2017," ungkap Pjs Bupati Indragiri Hilir ini.
Untuk program bidikmisi, lanjut Rudyanto, di Universitas Riau tercatat 164 penerima dengan anggaran Rp2,64 miliar, di UIN Suska Riau 200 penerima dengan anggaran Rp2,7 miliar, di Universitas Islam Riau 159 penerima dengan anggaran Rp2,5 miliar, di Unilak 177 penerima dengan anggaran Rp2,5 miliar, di Universitas Muhammadiyah Riau 148 miliar dengan anggaran Rp2,2 miliar, dan di Politeknik Caltex Riau sebanyak 42 penerima dengan anggaran Rp1,15 miliar.
Program lain, papar Rudyanto,. adalah penyaluran Bosda, yang dananya diambilkan dari APBD Riau. Kalau pada tahun anggaran 2017 disalurkan Rp377 miliar, tahun anggaran berikutnya (2018) meningkat menjadi Rp479 miliar. Begitu juga untuk peningkatan kualitas guru, kalau pada 2017 disalurkan bantuan Rp8.7 miliar, meningkat menjadi Rp41,75 miliar untuk tahun anggaran 2018.
Lebih lanjut Rudyanto mengatakan, bantuan lain untuk memajukan sektor yang satu ini adalah pembangunan infrastruktur pendidikan dari tahun anggaran 2016 sampai 2018, yang dananya bersumber dari APBD Riau. Sepanjang 2016 sampai 2016, Pemoprov Riau telah membangun sebanyak 242 unit RKB (ruang kelas baru). Rinciannya, untuk tahun 2016 sebanyak 72 RKB, 2017 (98 unit), dan 2018 sebanyak 72 unit.
Selain RKB, sebut Rudyanto lagi, Pemprov Riau juga melakukan pembangunan USB (unit sekolah baru), yang sejak 2016 sampai dengan 2018 tercatat sebanyak 13 unit USB. Rinciannya, di 2016 sebanyak 3 unit, 2017 (8 unit), dan 2018 sebanyak 2 unit USB.
Termasuk juga kegiatan rehabilitasi sekolah, yang sepanjang 2017 dan 2018 dilakukan pada 12 sekolah. Lainnya adalah pembangunan perpustakaan sekolah. Sejak 2016 sampai 2018 Pemprov Riau telah membangun 8 unit perpustakaan sekolah.
Untuk pendidikan, tukas Rudyanto, sumber dananya tidak hanya dari APBD Riau, tapi juga ada dari DAK (dana alokasi khusus) Riau 2017-2018. "Dari sumber dana yang satu ini, berhasil dibangun sebanyak 100 unit RKB, melakukan rehabilitasi terhadap 213 unit sekolah, termasuk juga merehabilitasi sebanyak 138 unit laboratorium sekolah. Dan ada juga kegiatan yang diberi nama dengan RPS, yang dilakukan pada 59 sekolah," pungkasnya.***
Editor: Rico Mardianto