RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - ‘’Booming’’ minyak bumi yang selama ini menjadi andalan perekonomian Provinsi Riau hanya menunggu waktu untuk berakhir. Bukan saja karena cadangan minyak bumi di Riau yang diprediksi hanya bisa dieksploitasi dalam rentang waktu belasan tahun ke depan, harga hasil bumi yang satu ini juga teramat gampang berfluktuasi di pasaran dunia.
Kalau Pemerintah Provinsi Riau melirik pariwisata sebagai sektor andalan baru, selain melepaskan ketergantungan yang terlalu tinggi terhadap migas –yang diterima Riau dalam bentuk dana bagi hasil minyak dan gas--, juga didasarkan pada pertimbangan sektor yang satu ini memiliki potensi yang cukup besar untuk berkembang, yang diharapkan menjadi motor baru penggerak perekonomian Riau.
Upaya Pemerintah Provinsi Riau sejak sekitar tiga tahun terakhir untuk menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan baru secara perlahan tapi pasti mulai menampakkan perkembangan berarti. Itu setidaknya tergambar dari angka kunjungan wisatawan –baik wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara—yang mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Fahmizal Usman, indikator bahwa sektor kepariwisataan mulai ‘’menggeliat’’ di daerah ini adalah jumlah kunjungan wisman ke Riau yang mengalami peningkatan yang signifikan. ''Sejak 2015, kunjungan wisman ke daerah ini mengalami peningkatan yang menggembirakan,'' kata Fahmizal, Rabu (25/4/2018).
Peningkatan jumlah kunjungan wisman ke Negeri Lancang Kuning ini, menurut Fahmizal, terutama dimungkinkan oleh adanya iven-iven pariwisata besar yang digelar di daerah ini seperti Festival Perang Air (Cian Cuy), Bakar Tongkang di Rokan Hilir, Bono di Pelalawan, destinasi Candi Muara Takus, dan Rayo Enam di Kampar,'' katanya.
Daya tarik lain kunjungan wisman ke Riau, Fahmizal menunjuk wisata religi Masjid Raya An-Nur di Pekanbaru dan Islamic Centre di Pasirpengaraian, Kabupaten Rokan Hulu, serta Sport Tourism.
Dijelaskan Fahmizal, pada 2017 jumlah kunjungan wisman di tiga pintu masuk imigrasi, yaitu Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Pelabuhan Dumai, dan Pelabuhan Bengkalis sebanyak 61.014 wisman. Sementara yang tercatat dari manifest kapal dari Batam, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Pinang, Kuala Enok, dan kunjungan iven di Bakar Tongkang, dan Cian Cuy 40.886 wisman, dengan total keseluruhan wisman sebanyak 101.904.
Peningkatan yang tak kalah menggembirakan adalah jumlah kunjungan wisnu ke Riau. Kalau pada 2014 jumlah kunjungan wisnu ke daerah ini tercatat 3.802.050 orang, meningkat menjadi 4.487.592 orang di 2015, dan meningkat lagi menjadi 5.827.913 di 2016. Tapi pada 2017, angka kunjungan wisnu ke daerah ini mengalami sedikit penurunan menjadi 5.764.634 orang.
Apa umpan balik kunjungan wisman ke daerah ini? Fahmizal merujuk hasil survei passanger exit survey yang dilakukan Kementerian Pariwisata dan Biro Pusat Statistik RI tahun 2016, yang mencatat pengeluaran rata-rata wisman ke Riau sebesar 708,04 USD, sedangkan wisnu tercatat sebesar 1.183,43 USD. ''Jika dikonversikan dengan rate 1 USD Rp13.400, devisa yang dihasilkan dari kunjungan wisman ke Riau selama 3,4 hari sebesar Rp966.838.249.344,'' terang Fahmizal.
Sedangkan untuk wisnu sebanyak 6.534.683 orang, yang mengunjungi iven-iven dan ODTW (obyek daya tarik wisatawan) dengan pengeluaran minimal @Rp500.000 untuk durasi 1, 2 hari ODTW, menghasilkan Rp3.267.341.500.000,-. ''Berarti untuk sektor pariwisata tahun 2017, telah menyumbang sekitar Rp4,2 triliun,'' pungkas Fahmizal.
Bahkan pada 2018 ini, ketika Arsyadjuliandi Rachman masih aktif menjabat sebagai Gubernur Riau, menginstruksikan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau Fahmizal Usman untuk bekerja keras lagi mencapai target kunjungan wisatawan yang datang ke Provinsi Riau. Lantaran tahun 2018, Riau menargetkan 6.556.148 wisatawan berkunjung ke negeri Lancang Kuning.
"Data dari Dinas Pariwisata, tahun ini Riau telah menargetkan 6.556.148 wisatawan. Barusan saya sudah tegaskan kepada kepala Dinas Pariwisata, target ini harus tercapai,’’ ujar Gubri Arsyadjuliandi Rachman saat mengunjungi Istana Siak, di Siak Sri Indrapura, Kabupaten Siak, Sabtu (3/2/2018) siang.
Gubri juga berpesan, untuk mencapai target tersebut pemerintah harus menerapkan konsep Pentahelix yang melibatkan pihak akademisi, industri/pelaku pariwisata, pemerintah, media, dan komunitas. ‘’Pemerintah harus bekerjasama dengan berbagai pihak untuk memajukan dan mendorong sektor pariwisata agar bisa diandalkan dan memberikan dampak ekonomi yang baik kepada masyarakat," ujar Gubri yang kerab biasa disapa Andi Rachman.
Pada kesempatan itu, Gubri juga mengajak para pengunjung Istana Siak agar bahu membahu memromosikan Istana Siak melalui media sosial masing-masing, agar para wisatawan yang berkunjung ke tempat itu semakin meningkat. "Istana ini kebanggaan kita semua, mari kita bantu memromosikan dan menjaganya bersama sama, agar wisatawan yang datang semakin banyak," imbau Andi Rachman.
Sementara Kadispar Riau Fahmizal Usman menjelaskan pada tahun 2018 Riau mematok target 60.824 wisman atau naik 3.308 orang dari tahun 2017. Untuk wisnu, pada tahun ini dipatok 6.550.120 orang. Begitu juga dengan rata-rata lama tinggal, targetnya menjadi 3,75 hari pada 2018.
"Sepanjang 2017, sebanyak 101.904 wisman masuk ke Riau. Jumlah itu surplus 44.388 atau menembus 177,2 persen dari target 2017. Wisman-wisman tadi masuk melalui tiga pintu imigrasi. Ada Bandara Sultan Syarief Kasim II, Pelabuhan Dumai, dan Pelabuhan Bengkalis. Jumlah kunjungan Wisatawan Nusantara juga lumayan tinggi. Angkanya menyentuh 6.534.683 orang," kata Fahmizal.
Menurutnya, antara realisasi dan target tahun 2017 sangat positif. Jumlah kunjungan wisman jauh melebihi dari target. ‘’Kalau dibandingkan dengan tahun 2016 selisihnya jauh. Sebab, jumlah kunjungan wisman 2016 hanya 66.130 dengan target 54.388. Dan untuk target di tahun 2018 bersama pentahelix yang ada, Insya Allah kami akan siap mencapainya,” tukasnya. (rls)